Mohon tunggu...
Nicho Silalahi
Nicho Silalahi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

hanya dengan menulislah aku menemukan kebebasan serta kemerdekaan itu. meski kelak aku terpenjara karena tulisanku itu. bagiku mereka hanya mampu mengurung jasadku tapi tak akan pernah mampu memenjarakan pikiranku.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Derita Rakyat Dari Sebuah Bangsa

20 Agustus 2012   11:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:31 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Merah Putih Diatas Tebing Dan Batu" Oleh : Nicho Silalahi. Kepuncak Gunung Sibayak Demi Melihat Merah Putih Berkibar. Gunung Berapi Sibayak (Gunung Raja penduduk setempat menyebutnya) yang teletak di kabupaten Karo yang berjarak sekitar 60 KM dari Kota Medan dan terletak di Provinsi Sumatera Utara. Dengan ketinggian sekitar 2.172 Meter diatas permukaan laut dan memiliki pemandangan sangat eksotis Mulai dari keindahanTelaga Kawah dengan tebing tebingya beraneka warna sampai puncaknya yang unik, berbentuk tapal kuda lalu meninggi seperti piramida.Karena melewati hutan belantara maka gunung ini memiliki sejuta pesona pemandangan hingga kita juga dapat melihat Gunung berapi sinabung disebelahnya. Subuh dinihari aku melakukan perjalanan untuk mendaki puncak gunung sibayak hanya untuk menyaksikan para pencinta alam mengibarkan bendera merah putih sebagai wujud ucapan terima kasih bagi para pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya demi memerdekakan bangsa ini.

Pergulatan Dalam hatiku. 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan Bangsaku, dimana setiap tahunnya acara bersifat seremonial dilakukan yang bertujuan untuk memperingatin Jasa- Jasa para pahlawan yang dengan gagah berani harus mengorbankan nyawanya demi memberikan kemerdekaan bagi generasi setelahnya. Dengan dikibarkannya bendera merah putih dan diiringi lagu kebangsaaku “INDONESIA RAYA” menggerakan bathinku untuk mengikuti proses yang sangat hikmat itu serta berlinanglah air mata ini mengenang pengorbanan para pendahuluku itu sebab apa yang diperjuangkannya ternyata tidak seperti yang mereka cita – citakan. Meski kuhormati sang merah putih saat diadakannya upacara diatas puncak gunung sibayak semata karena aku sedih mengenang jasa para pendahuluku yang rela mengorbankan nyawa demi kami generasinya, agar kami tidak lagi di jajah dan ditindas. hormatku pada merah putih bukan berarti aku tunduk pada negara maupun kepala negaranya sebab hingga kini aku belum merasakan kemerdekaan itu secara utuh. Kala mengheningkan cipta kepalaku tertunduk betapa sedihnya pendahuluku yang rela mati, namun kini generasinya telah dijual oleh pemerintahan kepada bank dunia atau sejenisnya. sebab hutang luar negri telah mencapai angka lebih kurang 1900 Triliun. jadi setiap generasi yang akan lahir akan menanggung utang negara.
Pemberontakan Pada Jiwa. Aku terus bertanya pada diriku ditengah hening cipta berlangsung apakah aku telah merdeka.? Setiap pertanyaan itu timbul maka dengan tegas hatiku menjawab kau belum merdeka seutuhnya, buktinya kau masih dihisap dan diperah oleh sebuah sistim kapitalistik yang diberlakukan oleh negaramu. Lihat saja biaya hidup semangkin hari terus meroket naik, belum lagi mahalnya biaya pendidikan yang dijadikan komoditi pasar (barang dagangan) sedangkan pada dasarnya pendidikan itu bersifat sosial dimana seharusnya negara bertanggung jawab untuk mencerdaskan rakyatnya, hal itu telah menjadi landasan pembukaan UUD 45, tapi malah sebaliknya yang dilakukan negara dengan pemerintahannya malah mengeluarkan berbagai peraturan untuk melegalkan para pialang mengeruk keuntungan berlimpah serta tak perduli rakyatnya diperah dan dihisap. Hal yang tidak kalah tragisnya dinegara ini disektor kesehatan dimana seharusnya negara memberikan kesehatan itu secara gratis sebab jika rakyat sehat maka geliat pertumbuhan ekonomi akan meningkat sehingga kemiskinan bisa berkurang dan rakyat tidak lagi harus meninggal dengan sia – sia dikarenakan ketidak mampuan membayar biaya perobatan. Lagi lagi nasib kesehatan tidak kalah tragisnya dengan pendidikan, disini negaramu menjadi mesin penghisap pada rakyatnya dengan melegalkan para pemodal untuk berspekulasi disektor kesehatan sehingga biaya kesehatan melonjak naik dari tahun ketahun.
Perayaan hari kemerdekaan yang dilakukan ratusan juta saudaraku hanyalah kamuflase dari kegagalan sebuah pemerintahan sebab kemerdekaan itu hanya sebatas wacana diatas kertas tanpa bukti kongkritnya, lihat saja dari sabang sampai maroke jutaan hektar tanah milik petani telah dirampas untuk membentuk perkebunan (baik milik BUMN maupun Milik Swasta) dibawah todongan senjata aparatusnya sehingga korban jiwa terus berjatuhan. Ketika para petani menuntut haknya maka dengan ganasnya aparatus menembaki petani itu. Lihat juga nasib jutaan kaum buruh hanya dijadikan negara sebagai pemuas birahi untuk mengisi pundi – pundi para pemodal (investor), hal itu dibuktikan negara dengan melegalkan upah minimum nasional bukan upah layak nasional sehingga kaum buruh terus hidup dalam kemiskinan. Lihat saja para buruh yang bekerja siang dan malam pada setia perusahaan, namun sang pengusahalah paling banyak menikmati keuntungan dari hasil kerja para buruh itu. Perhatikalah juga prilaku keluarga para pengusaha itu, hidup mereka dengan berpoya – poya keluar negri dan menghabiskan keuntungan dari hasil keringat buruh yang diperah sedangkan kehidupan buruh sangat tragis dengan berbagai kekurangan.
Cobalah kau datangi kebergai pesisir dan lihat kehidupan nelayan, pastilah tidak jauh beda dengan kehidupan Petani, Buruh dan Kaum miskin lainnya, sebab para nelayan itu juga tidak lepas dari spekulasi permainan harga yang dibuat para cukong (pemodal). Bayangkan saja jika kau menjadi para nelayan itu, berhari – hari dilautan dan menantang badai yang sewaktu – waktu maut menjemput mereka, tapi ketika hasil tangkapan dibawa kedarat maka kaum cokonglah yang paling banyak menikmati hasil tangkapan mereka. Pesan Pada Generasiku. Jika kita tidak melawan maka kemerdekaan yang sejatinya tidak akan pernah kita rasakan karena saat ini pemerintahan hanya menjadi boneka bagi asing lihat saja ketika kepala kita digadaikan bagi bank dunia ataupun sejenisnya maka kekayaan alam kita hanya menjadi tontonan saja sebab bangsa asinglah yang lebih menikmatinya. Untuk itu saudaraku lakukanlah perlawanan itu agar generasi setelah kita tidak merasakan penderitaan yang kita rasakan. Perlawanan itu juga bisa lewat tulisan, demontrasi daan tergantung metode apa yang kau gunakan agar kelak bangsa ini benar benar merdeka seutuhnya. Singkirlah para elit atau kaum borjuis yang telah menggadaikan bangsa ini karena merekalah kita dijajah kembali. Wujudkanlah segera negara SOSIALISME itu seperti cita – cita sang Proklamator kita.

*******************

Penulis Adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun