Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terorisme sebagai Alat

3 Maret 2019   02:37 Diperbarui: 22 Maret 2019   16:05 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan disiarkan di AS maupun internasional, adanya 'Putra bin Laden' dan akan diberi hadiah Rp 14 Miliar bagi siapa yang bisa menunjukkan keberadaan sang putra bin Laden ini. (Kompas.com 1/3).

Bahwa terorisme sudah sering dipakai sebagai alat, "untuk menakut-nakuti" (dikatakan oleh Pak Jokowi ketika menanggapi teror Thamrin Jakarta, Januari 2016) dan juga berbagai pengarang buku soal terorisme seperti MLR Smith dan Peter Neumann juga mengatakan:  "[T]he deliberate creation of a sense of fear, usually by the use or the threat of use of symbolic acts of physical violence, to influence the political behavior of a given target group."

Dalam mempengaruhi 'political behavior of a given target group' kita bisa bandingkan dengan teror Thamrin yang dicetuskan ketika perundingan Freeport Papua sedang aktual. Targetnya jelas, pemerintahan Jokowi ketika itu. Teror itu gagal total berkat kesiapan aparat keamanan negeri ini, dan akhirnya juga Jokowi memenangkan perundingan ini dengan memiliki 51% saham Freeport.

Maunya Freeport tadinya tentunya supaya kontraknya diperpanjang tanpa kemenangan apa-apa di pihak pemerintahan Jokowi, artinya rakyat Indonesia tidak mendapat apa-apa. Kalaupun ada saham yang di'bagikan' terbatas sekitar 'papa minta saham' saja he he . . .

Di USA dalam mempengaruhi 'political behavior of a given target group', jelas bisa terlihat dalam mempengaruhi sikap politik pemerintah boneka  di Gedung Putih, seperti Bush ketika 9/11, atau boneka Obama ketika disuruh bikin ISIS di Syria/Irak. Sasaran utama semua ini tentu rakyat AS.

Sama halnya dengan di Indonesia yang disasar terutama adalah rakyat umum supaya takut dan menyerah terhadap teroris yang tak berperikemanusiaan itu dan juga pemerintahannya  supaya menyerah terhadap ancaman teroris. Ketika era Obama duduk di Gedung Putih, prof Chossudovsky menulis bahwa 'terrorisme made in USA'.  Presiden Trump bilang kalau ISIS didirikan oleh Obama/Clinton. Obama/Clinton hilang, ISIS berantakan di Syria/Irak, hilang terpencar dan sudh bubar. Sisa serdadunya mau dipulangkan ke negeri masing-masing untuk diadili.

Tetapi dengan bubarnya ISIS, tidak berarti terorisme hilang, karena terorisme ini adalah alat utama kaum globalis NWO menuju  tyrani dunia yang sudah lama dicita-citakan itu (setidaknya sejak hoax komunisme Marx 1848, dibuatnya Manifesto Partai Komunis). Terorisme kemungkinan akan hilang kalau orang-orang globalis NWO hilang, atau bankir rentenir internsional ini suka rela mengubah filsafat hidupnya, way of thinkingnya, dari kebusukan dan kejahatan atas keamanusiaan berubah menjadi pemikiran manusia biasa seperti kita-kita ini, artinya tanpa cita-cita menguasai dunia dan mentyrani grup manusia lain.

Terorisme (contoh 9/11) dalam opini umum di AS adalah semacam musuh 'dari luar' (outside enemy), jadi berkebalikan dengan apa yang dikatakan oleh prof Chossudovsky bahwa 'terrorism made in USA'. Mana yang benar?

MSM model CNN, WP, NYT, dll yang oleh Trump disebut 'the enemy of american people', pegang peranan utama dalam mengubah (brainwashing dan mind control) rakyat Amerika, supaya tetap berpegang bahwa terrorism adalah outside enemy (islam), bukan buatan Amerika atau 'made in USA' seperti yang ditulis oleh prof Chossudovsky sebagai kesimpulan dari belasan tahun studinya.

Dikalangan orang awam atau publik umumnya bisalah dipastikan bahwa jauh lebih banyak yang baca/dengar MSM 'the enemy of american people' itu daripada baca tulisan prof Chossudovsky. Karena itu jelas dalam kenyataan, pengaruh siapa yang lebih besar. Dalam hal ini seorang penceramah jurnalis kawakan John Rappoport bilang:

"most people don't fully grasp the pernicious influence of mainstream news. Not just that influence now, not just in the past few years, but forever. The ability of the press, in concert with versions of the Deep State, to twist and deform and undermine and reverse and fragment public perception, on every major story and issue, is basically substituting death for life."  https://www.globalresearch.ca/the-911-reader-the-september-11-2001-terror-attacks/5303012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun