Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Alun-alun Kota Bandung, Dulu Ramai Kini Sepi Senyap

13 Mei 2020   07:55 Diperbarui: 13 Mei 2020   08:00 3295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alun-alun Kota Bandung sepi senyap. (foto: dok. pribadi)

Pusat Kota Bandung makin sepi. Semua akses jalan yang menuju ke sana, makin ketat ditutup. Pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebenarnya sudah berakhir. Namun kebijak itu kembali diperpanjang mengikuti PSBB Provinsi Jawa Barat (Jabar) yang akah berakhir 19 Mei 2020.

Pemandangan sangat kontras terlihat di kawasan Alun-alun Kota Bandung. Area yang dulunya menjadi pusat keramaian, kini berubah total seperti kota mati. Sepi senyap. Jangankan kendaraan yang melintas, orang yang lewat saja jarang ditemui.

Alun-alun Kota Bandung yang sebelumnya menjadi tempat warga bermain, sekarang jadi kosong melompong. Biasanya, setiap hari tempat itu selalu penuh dengan aktivitas warga yang ingin cari hiburan. Banyak keluarga membawa anak-anaknya bersenang ria di sana.

Tidak ada anak-anak yang bermain. (foto: dok. pribadi)
Tidak ada anak-anak yang bermain. (foto: dok. pribadi)

Bukan hanya warga Bandung yang menghabiskan waktu santainya di alun-alun. Namun setelah direvitaliasi, alun-alun Kota Bandung bagai magnet bagi semua orang di Jawa Barat dan luar provinsi. Tempat itu menjadi salah destinasi wisata yang wajib dikunjungi.

Saking banyaknya kunjungan warga dari luar kota dan luar provinsi, tak heran jika di kawasan itu sering terlihat berseliweran kendaraan jenis bus. Lalu lintas pun jadi macetnya minta ampun. 

Bus-bus wisata memanfaatkan lahan kosong bekas gedung Palaguna untuk tempat parkir. Kalau tempat parkir di situ penuh, bus wisata berjejer di Jalan Dalam Kaum.

Sekarang tak bisa lagi dilihat pemandangan semacam itu. Alun-alun Bandung benar-benar menjadi daerah yang steril dari kerumnan massa. Huruf penanda "ALUN ALUN  BANDUNG" yang berwarna merah dan putih bisa dilihat dengan jelas. Padahal, sehari-harinya huruf tersebut selalu tertutup dengan kerumunan orang dan badan kendaraan yang macet di Jalan Asia Afrika.

Tempat duduk untuk bersantai sepi dari warga. (foto: dok. pribadi)
Tempat duduk untuk bersantai sepi dari warga. (foto: dok. pribadi)

Warga Kota Bandung boleh dikata rindu ingin bermain-main lagi di alun-alun. Utamanya di Bulan Ramadan, alun-alun menjadi tempat favorit untuk acara ngabuburit. Sambil menunggu buka puasa, warga tumplek blek di kawasan tersebut.

Memang alun-alun Kota Bandung enak menjadi tempat ngabuburit. Selain tempatnya di pusat kota dan sangat representatif, lokasinya juga bersebelahan dengan Masjid Raya Bandung. Jadi ketika waktu salat Maghrib tiba, warga yang ngabuburit bisa langsung mengikuti salat berjamaah.

Usai salat bisa langsung menggelar buka puasa bareng. Atau yang ingin buka puasa secara mandiri, banyak pilihan warung makan yang ada di sekitar alun-alun Kota Bandung. Namun, senasib dengan alun-alun Kota Bandung sebagai tempat ngabuburit, Masjid Raya Bandung pun sepi dari aktivitas.

Masjid Raya Bandung yang lokasinya bersebelahan dengan alun-alun juga sepi dari aktivitas. (foto: dok. pribadi)
Masjid Raya Bandung yang lokasinya bersebelahan dengan alun-alun juga sepi dari aktivitas. (foto: dok. pribadi)

Padahal, sebelum PSBB diberlakukan, Masjid Raya Bandung pun sangat ramai dengan kunjungan jemaah. Bukan hanya mereka yang ingin melaksanakan salat atau itikaf, tapi juga wisatawan yang penasaran ingin naik ke Menara Masjid Raya Bandung.

Pada Bulan Ramadan tahun-tahun sebelumnya, warga yang berminat ingin naik ke atas Menara Masjid Raya Bandung, jumlahnya selalu membeludak. Mereka harus sabar mengantre menunggu giliran. Dari ketinggian Menara Masjid Raya Bandung, warga bisa menikmati pemandangan luasnya Kota Kembang.

Penggemar olah raga sejati pun, saat ini tidak bisa berkunjung ke alun-alun Kota Bandung. Di pinggiran alun-alun yang dijadikan tempat bermain, memang tersedia peralatan untuk berolah raga. Sekarang alat-alat olah raga itu lebih banyak menanggurnya.

Sarana olah raga lebih banyak menganggurnya. (foto: dok. pribadi)
Sarana olah raga lebih banyak menganggurnya. (foto: dok. pribadi)

Mereka yang biasa memanfaatkan olah raga itu, merupakan anak-anak muda yang ingin memperbaiki bentuk tubuh. Atau sekadar mengencangkan otot-otot agar terlihat indah. Tidak jauh beda dengan kegiatan yang ada dalam gedung gym. Sekarang alat-alat olah raga itu, hanya berteman dengan dingin dan panas.

Demikian juga dengan sarana gedung perpustakaan yang masih berada di kawasan alun-alun Kota Bandung. Gedung tersebut tidak menampakan aktivitas. Pintunya lebih banyak terkunci. Tidak terlihat orang membaca buku untuk ngabuburit.

Lucunya lagi, suasana sepi itu dimanfaatkan seorang tuna wisma untuk tidur di depan pintu masuk perpustakaan. Saking sepinya suasana, tuna wisma pun bisa tidur dengan nyenyak walau hari sudah siang. Seolah yang bersangkutan menjadi penguasa tunggal di tempat tersebut.

Oh alun-alun Kota Bandung nasibmu kini. (Anwar Effendi)***

Seorang tuna wisma tidur siang di pintu masuk gedung perpustakaan. (foto: dok. pribadi)
Seorang tuna wisma tidur siang di pintu masuk gedung perpustakaan. (foto: dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun