Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis dan Penulis

Freelance || Writer || Reading || Cofee || Sampaikanlah Kebenaran Dengan Pemahaman Orang Banyak || Manjadda wa Jada || E-Mail: pecandusastra96@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip

Tiga Puluh Jam Bersama Habibana

4 Maret 2023   10:16 Diperbarui: 4 Maret 2023   10:57 1847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usai Ziarah Makam Eyang H Surya Padang, Gunung Gambir Jawa Barat

• Dua Poin Penting Pada Novel Merindu Baginda Nabi Karya Kang Abik

Dari beberapa kali kita berjamaah dalam shalat, ada sesuatu yang bagiku istimewa, dari mengimami shalat hingga berdoa. Di sini para habaib saling tunjuk siapa yang mengimami shalat dan siapa-siapa yang memimpin doa. Dari yang aku tangkap, hal ini merupakan suatu penghormatan atau saling menghormati atara sesama dan agar semuanya mendapatkan pahala. Juga, kita tidak tahu di antara yang berdoa entah doa siapa yang Allah kabulkan. Oleh karenanya setiap berdoa saling bergantian yang memimpin. Masya Allah sekali memang ya orang-orang shalih.

Malamnya kita ta'lim bersama, menyenandungkan Maulid Burdah. Meski hujan dan berada di tengah hutan, masyaAllah, jamaah yang hadir ramai, gubuknya penuh dan padat. Dingin cuaca pegunungan ditambah angin pasca hujan, sama sekali tidak menyurutkan semangat. 

Majelis usai sekira pukul sepuluh malam, dilanjutkan santapan jasmani bersama. Seperti kemarin, malam ini aku pun tetap terjaga. Meski rasa kantuk sisa semalam belum terbayarkan, lelah hari ini sama sekali tidak terasa. Sebenarnya badan sudah mendemo untuk merebah. Tapi, hati selalu menguatkan; sabar, jangan dulu, masa pengawal tumbang duluan. Dan, akhirnya rebahan bisa dirasakan pada tengah malam, setelah para Habaib dan Abah istirahat. 

Setengah dua dini hari kita terbangun dari lelap. Usai qiyamullail, akhirnya kita pun berpisah. Rombongan para habaib diantarkan oleh pihak panitia, kita ikut mengantarkan sampai depan.  Entahlah, tiba-tiba hatiku gundah, ada rasa sedih datang melanda bersamaan taat kala melepas para guru kami pulang menuju rumah. Air mata jatuh tak tertahan, namun senyum tetap harus terangkai.  Saat mencium tangan beliau-beliau, dalam hati membatin, berdoa kepada Allah, agar guru-guru kita dijaga olehNya dan Ia pertemukan kita kembali. Kita berjumpa atasNya, karenaNya, dan olehNya. Kita berpisah untuk bersua kembali.

Terima kasih Ya Allah tiga puluh jam bersama Habibana. Bersua, bercengkrama, menemani Syuriyahnya kekasihMu, Habibana wa Nabiyana Muhammad saw., semoga beliau-beliau, guru kami menjadi saksi bagi kami di hadapan kakeknya kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun