Tak ada petir tak ada hujan panas, tak ada angin tak ada pohon tumbang, ternyata kini muncul 'organisasi' baru, namanya Front Pembela Ahok (FPA). Anehnya, Ahok yang jadi sentral untuk dibela justru merasa tak pernah membentuk 'Front' tersebut.
Front tersebut mungkin memang tak butuh Ahok sebagai bagian dari organisasinya, dan tak butuh ijin darinya. Mereka ber-swadaya inisiatip dan tenaga membela Ahok yang seringkali disorot tajam dan digoyang oleh lawan-lawan politiknya.
Bagi organisasi FPA, Ahok 'harus' mereka bela karena Ahok berani melawan 'sistem koruptif' yang ada di lingkaran luar dan dalam pemerintahan yang dipimpinnya.
Ide membuat Front Pembela Ahok awalnya punya maksud baik. Namun karena front itu 'liar' dimana Ahok sendiri tak tahu menahu, akhirnya jadilah Front tersebut sebuah pertanyaan besar bagi publik.
Pertama, apakah benar Ahok tak 'membidani' organisasi tersebut?
Kedua, apakah ada agenda tersembunyi dibalik gerakannya, yang justru membuat Ahok makin disorot dan diperlemah?
Ketiga, apakah 'organisasi' FPA itu sudah tepat dan efektif membela atau justru bikin kacau situasi pemerintahan Ahok.
Kalau Ahok sendiri tak tahu dan (mungkin) tak terlalu membutuhkan organisasi diluar koridor hukum untuk membelanya, tentu ketiga pertanyaan tadi mudah terjawab. Intinya bahwa Ahok bisa 'membela dirinya sendiri' karena dia paham apa yang dia kerjakan dan tahu jalur resmi untuk menyelesaikan masalah hukum yang dihadapi tanpa membuat publik curiga berlebihan, dan bikin situasi makin kacau oleh issue-issue yang merusak dengan keberadaan FPA.
Jangan sampai kemudian Ahok justru jadi bulan-bulanan orang-orang 'yang pura-pura menolong', namun sebenarnya punya agenda tersembunyi untuk menikamnya dari dalam selimut. Kalau sampai itu terjadi maka akan jadi preseden buruk bagi suatu 'front pembela' yang selama ini sudah 'ngetren' dan mendapat tempat khusus di hati sebagian orang di negeri ini