Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Marwah Berhala Piala AFF, Catatan Akhir Mimpi Panjang Indonesia

31 Desember 2021   11:58 Diperbarui: 31 Desember 2021   12:09 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Timnas Indonesia dalam piala AFF2020, sumber gambar akun resmi twitter @PSSI

Mimpi publik agar Timnas Indonesia menjuarai Piala AFF tak ingin dipersalahkan, ketika marwah kejuaraan itu masuk, menyentuh dan kemudian bersemayam dalam harga diri bangsa. Mungkin awalnya tak ada yang menyangka bisa seperti itu.

Satu hal yang semula tabu adalah penggunaan sponsor sebagai bagian yang menempel di penamaannya. Dalam perjalannya berganti ganti sesuai kepentingan kapitalisme olahraga. Dari "Tiger" ; merk minuman, Suzuki, produk dan corrporate besar Jepang. Bukan tidak mungkin kelak akan ada BNI AFF tahun sekian, BRI AFF tahun sekian, dan seterusnya. 

Tanpa disadari publik, konteks Ke-tabu-an kapitalis direduksi-minimalisir secara cerdas dengan penciptaan marwah baru Piala AFF oleh segenap "stake holder" dibalik piala itu ; AFC, panitia, asosiasi sepakbola, media, dan lain-lainnya yang "mencari makan" pada Piala AFF itu.

Konsumennya jelas, yakni ; publik sepakbola Asia Tenggara. Ceruk potensi raihan market paling luas, paling konsumtif dan "buas" adalah Indonesia! Indikatornya paling mudah dengan melihat besarnya jumlah penduduk dan penggila bola! 

Transformasi "Kapitalistik piala AFF yang tadinya tabu" menjadi "agenda dan ritual suci" sangat berhasil "mengelabui" publik sepakbola Indonesia--bahkan Asia Tenggara. Transformasi itu bahkan mengalahkan "kesucian ritual Sea Games" yang sudah jauh hari dan lebih dulu hadir di tengah publik. 

Sepakbola Sea Games tak pernah sekalipun menempelkan simbol-ikon kapitalisnya di piala Pemenang. Catet !

Keberhasilan transformasi manipulatif-komodikatif Piala AFF oleh para "stake holder" diam-diam menyembunyikan potensi kemungkinan munculnya varian setara piala AFF yang ditempel merk sponsor lain yang maha besar dikemudian hari.  

Mereka kini sedang asyik meninabobokan publik sepakbola Asia Tenggara--khususnya pasar Indonesia--yang sudah terlanjut menjadikan Piala AFF berhala suci kebangsaan.

Bila kelak waktu berpihak, para "stake holder" itu aka menciptakan Berhala baru yang tak kalah sucinya dari produk Piala AFF. Apa itu? Ada deh! Semua masih di kantong mereka. Heu heu heu...

Lalu bagaimana Indonesia bisa mengalahkan kutukan "negara spesialis Runner Up" atau "negara gagal juara AFF" ?

Indonesia ceruk terbesar. Para aktor kapitalisnya juga besar dan jumlahnya tidak kalah dari Singapura, Malaysia, Thailand yang secara ekonomi lebih maju. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun