Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Fenomena Status Keimanan Prabowo dan Maraknya Politik Keislaman

4 Maret 2019   09:09 Diperbarui: 4 Maret 2019   10:04 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; kompas.com

Konsekuensi logisnya, demi tujuan politik, para tokoh harus menunjukkan simbol-simbol keislamannya secara terbuka agar bisa diterima masyarakat Islam yang jumlahnya dominan di negara ini. 

Hal itu dilakukan juga untuk "menenangkan" sebagian umat Islam di tanah air yang "terlanjur panas hati" dan "kebingungan" oleh maraknya dinamika politik identitas keislaman yang muncul.

Secara paralel, di sisi lain timbul saling silang pendapat, pertentangan dan klaim kebenaran antar elemen masyarakat Islam berdasarkan penafsiran kitab suci yang digunakan dalam berpolitik, sehingga terbentuk friksi-friksi tersendiri di kalangan umat dan kelompok masyarakat Islam.

Secara keseluruhan masyarakat Indonesia timbul kekhawatiran akan nasib bangsa dan negara Indonesia di masa depan.

Pertanyaan Salat Prabowo sebagai  Satire Aksi dan Reaksi

Bukan hal aneh lagi bila dibalik pertanyaan "Prabowo akan salat di mana?" mengandung makna satire soal status iman Islam Prabowo. Satire itu wujud dari tekanan politik dan reaksi balik (bumerang) terhadap kelompok pendukung Prabowo yang sebelumnya sangat masif mempolitisasi Islam untuk mendapatkan dukungan masyarakat Indonesia.  

sumber gambar ; kompas.com
sumber gambar ; kompas.com
Pertanyaan "Prabowo akan Salat Jum'at di mana?" ingin membentuk opini kolektif  "meragukan keislaman Prabowo". Dan memang nyatanya nihilnya aktivitas ibadah Prabowo dianggap "layak" untuk dipertanyakan publik. Selain itu juga faktor latar belakang keluarga besar Prabowo.

Ada realitas "yang coba disembunyikan" Prabowo dan tim pendukungnya tentang latar belakang keluarga besar Prabowo yang non-muslim (nasrani). Prabowo sendiri menjadi muslim ketika akan menikahi Titiek Soeharto--putri Presiden RI era Orde Baru.

Bandingkan latar belakang Prabowo itu dengan Jokowi yang sejak lahir beragama Islam dan keluarga besarnya merupakan muslim.

Bandingkan dengan para elit politik pendukung Prabowo seperti Amien Rais, Riziek Shihab, Fadli Zon, Hidayat Nurwahid, Zulkifli Hasan yang secara simbolik tampak keimanannya atau keislamannya, dan mereka itu sering berkoar-koar sebagai representasi Islam yang sesungguhnya sangat dibutuhkan bangsa dan negara ini.

Ketika kemudian tim pemenangan Prabowo dan kelompok masa pendukungnya mengadakan salat bersama Prabowo, maka di satu sisi, aksi simbolik itu merupakan hal lumrah dalam komunikasi elit politik kepada publik. Elit politik seharusnya bisa terbuka dan cepat menjawab semua keraguan publik tentang isu-isu yang jadi polemik tanpa kejelasan hal sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun