Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hati-hati pada Trik dan Kecepatan Kejahatan via Telepon

27 Juni 2016   05:51 Diperbarui: 27 Juni 2016   18:42 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi II sumber gambar ; https://www.maxmanroe.com/wp-content/uploads/2015/10/Penipuan-Melalui-Telepon.jpg

Telepon tak Diangkat

Kemudian saya telepon istri saya memberitahukan untuk menjemput saya di Bandara Supadio Pontianak. Saya juga ceritakan kejadian tadi, sambil mengingatkan dia untuk jaga-jaga kalau ditelkpon orang yang sama. Saat itu Istri saya baru saja selesai rapat dan mengatakan punya waktu untuk menjemput saya.

Setelah menelpon istri, sayapun menelpon anak saya. Untuk memberitahukan hal yang sama. Tapi telepon anak saya tidak siangkat. Saya pikir dia mungkin sedang tidur. Karena hp-nya tak diangkat, saya pun menelpon Nela anak asuh saya.

Nela anak yang jujur dan termasuk masih lugu. Dia tinggal di rumah saya, berasal dari kampung suami adik ipar dan dari keluarga tidak mampu. Saya sekolahkan Nela sejak SMA, dan baru saja tamat. Rencananya tahun ini saya kuliahkan karena dia masih berminat sekolah, dan prestasi akademiknya bagus.

Saat saya telpon, terdengar Hp Nella bernada sibuk menerima telepon. Ada tiga kali saya ulangi tetap yang terdengar nada sibuk. Saya pikir istri saya sedang menelpon dia.

Tak lama kemudian terdengar pemberitahuan pihak bandara agar semua penumpang boarding menuju pesawat lewat pintu 2. Hp pun saya matikan.

Kepanikan

Sesampainya di Bandara Pontianak, istri saya sudah menjemput-masih dengan seragam kantornya. Ganti posisi saya yang pegang kemudi. Di perjalanan saya ceritakan lagi kejadian si penelpon, termasuk upaya saya menghubungi Citra anak saya dan Nela.

Wajah istri saya nampak tidak seperti biasanya, dia diam saja. Tak seperti biasanya kalau saya cerita sembari agak mbayol pasti ketawa-ketiwi. Kali ini dia agak tegang. Ketika saya tanyakan, barulah mengalir ceritanya.

Sehabis menerima telepon saya saat di Bandara Soekarno Hatta, Istri saya langsung telpon Citra, tapi tidak tidak jawaban. Dia kemudian telepon ke Nela ingin menanyakan keberadaan Citra. Nela katakan sejak tadi pergi, tapi tidak memberitahu tujuannya.

Istri saya kemudian telepon ke Ira, sahabat anak saya. Katanya Citra hari itu tidak sedang bersamanya. Rupanya istri saya mulai panik terpikir olehnya anak kami kenapa-kenapa, atau diculik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun