Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruang Publik Tematik, Solusi Membangun Peradaban Masyarakat Modern Kota

1 Oktober 2015   00:52 Diperbarui: 1 Oktober 2015   11:16 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar : http://1.bp.blogspot.com/-ipmzMtm8tW0/VCWrxcPrxmI/AAAAAAAADuA/whQQ-WkNDa0/s1600/Taman%2BLansia.JPG"][/caption]

Ruang publik kota kini telah menjadi sebuah kebutuhan kehidupan masyarakat kota. Perkembangan penghuni kota telah membuat ruang-ruang kota menjadi semakin sempit. Penunjang kehidupan masyarakat perkotaan seperti fasilitas bangunan dan jalan memberikan sumbangan terbesar terbesar semakin sempitnya ruang kota tersebut. Padahal masyarakat kota tidak hanya membutuhkan bangunan dan jalan untuk hidup dan membangun peradabannya. Ada banyak hal lain yang penting, salah satunya adalah kebutuhan Ruang Publik Kota.

Adalah kewajiban pemerintah kota untuk menyediakan ruang publik bagi masyarakat kotanya, yang sekaligus membangun peradaban warga kotanya. 

Ruang publik pada pembangun peradaban masyarakat berposisi sebagai tempat yang direncananakan dan dibuat oleh otoritas kota (pemerintah) untuk masyarakat kota agar mereka bisa saling berinteraksi dengan sesama, dengan alam lingkungannya dan dengan Tuhan penciptanya. Interaksi ini terbangun dari elemen-elemen arsitektural dan non-arsitektural. Tempat tersebut bersifat bebas akses, artinya dapat dimasuki dan dinikmati oleh semua orang tanpa dipungut biaya.

Ruang publik kota mengandung dua hal pokok, yakni sebagai Place (tempat) dan Space (ruang non-fisik). Elemen arsitektural bersifat fisik yang berfungsi sebagai pengarah atau stimulan pada Place (tempat) untuk terciptanya ruang interaksi (Space) secara non-arsitektural.

Wujud Place ditentukan oleh perencanaan otoritas kota, sedangkan Space (wujud interaksi) diserahkan kepada setiap individu atau komunitas masyarakat kota. Wujud ‘Place’ berdasarkan kaidah artifisial, sementara ‘Space’ lebih bersifat alami-naluriah manusia.

[caption caption="https://bandungvariety.files.wordpress.com/2014/09/taman-film.jpg"]

[/caption]

Konsep Tematik Taman Kota

Kehidupan masyarakat kota yang semakin maju menjadikan kebutuhan mereka ‘terpetakan’ dengan sendirinya berdasarkan kelompok-kelompok kebutuhan. Mereka secara sadar tahu apa yang mereka butuhkan dan perlu diartikulasikan baik secara verbal maupun non-verbal. Dari hal tersebut, mereka bisa memilih apa yang menjadi kebutuhannya dalam skala prioritas. Inilah salah satu ciri-ciri yang tumbuh dari masyarakat kota, yakni adanya kesadaran akan bentuk kebutuhan, prioritas dan punya otoritas individu-kelompok kecil untuk memilih berdasarkan kebutuhannya itu. Maka tak heran ada kelompok-kelompok (komunitas) berdasarkan usia, hobby-kegemaran, gaya hidup, kesamaan pandangan (atensi) terhadap obyek alam, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini pemerintah kota harus tahu ciri-ciri dan kebutuhan masyarakatnya. Dengan demikian, segala sesuatu yang direncanakan dalam pembangunan bisa termanfaatkan secara optimal dan mencapai sasaran guna membangun peradaban.

Dari kelompok-kelompok inilah terbangun interaksi yang intensif - optimal, yang bila dikelola akan menciptakan komunitas kelompok kerja  berbagi. Mereka sebagai identitas kelompoknya akan membangun jaringan untuk turut berbagi kepada semua orang diluar komunitasnya,  misalnya dalam kelompok kerja-aksi sosial menolong sesama.

Disinilah salah satu bentuk dimulainya atau terbangunnya peradaban (masyarakat) kota, yakni  masyarakat yang sadar akan nilai-nilai bersama, bentuk kepedulian, dan lain sebagainya yang semuanya itu dimulai dari interaksi yang masif di ruang publik tematik.

Demikian halnya dengan penyediaan ruang publik kota. Adanya pengetahuan ‘peta kebutuhan’ masyarakat kota yang khas bisa menjadi dasar bagi pemerintah kota untuk membangun ruang publik kota sejalan dengan 'peta ciri dan kebutuhan' masyarakatnya.

Peta kebutuhan ini mengarah pada suatu tema tertentu berdasarkan kelompok-jenis kebutuhan yang sudah dikaji dan dinventaris oleh pemerintah kota terhadap semua kebutuhan warganya. Maka perencanaan dan pembangunan ruang publik kota sejatinya berdasarkan tema-tema tertentu pula. Jadilah kota memiliki ruang-ruang publik tematik.

Ruang publik tematik diartikan sebagai ruang publik yang difokuskan pada tujuan-gambaran tertentu. Segala sesuatu yang dikaitkan dengan tema. Pada ruang tematik ini ada pengenalan akan hal-hal tertentu secara lebih detail dan mendalam, yang diwujudkan pada elemen-elemen arsitekturalnya. Fungsi-fungsi yang tercipta di taman itu berdasarkan temanya.

Adapun ruang publik tematik, misalnya taman tematik. Contohnya taman lansia yang bertemakan kebutuhan orang-ortang lanjut usia. Contoh lain adalah taman lalu lintas, taman pintar, taman ‘pett park’ (warga pergi ke taman dengan membawa binatang), taman anak muda, taman cinema, taman asmara, taman musik, taman hutan, taman burung, taman sepeda tua dan lain sebagainya. Setiap warga kota dapat memilih taman yang akan dikunjunginya berdasarkan passion dan kebutuhan fisik dan non-fisik yang spesifik.

Ruang publik kota tematik tidak bermaksud membuat ruang eksklusif dan tidak pula  menciptakan determinanansi warga, melainkan sebagai alternatif atau pilihan warga terhadap kebutuhannya.

Sebuah ruang publik kota tematik tetap bisa diakses oleh siapapun warga kotanya. Bersifat umum, dan tidak dikhususkan pada kelompok-kelompok (komunitas) hobi tertentu. Orang umum tetap dapat mengaksesnya sebagai bagian dari pemahamannya akan hal lain diluar yang sebelumnya belum diketahui. Bagi mereka hal itu merupakan pengetahuan baru dan tetap menjadi pilihan sepanjang waktu.

Ruang publik tematik kota perlu dikembangkan lebih lanjut oleh setiap pemerintah kota. Tidak ada yang terlambat untuk sebuah niat baik bagi semua pihak dalam mememuhi kebutuhan diri yang khas, membangun peradaban kota dan kota yang beradab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun