Mohon tunggu...
Peace Generation Indonesia
Peace Generation Indonesia Mohon Tunggu... -

Peace Generation Indonesia mula-mula adalah sebuah program yang di alhirkan dari dua orang yang berbeda background. Orang itu adalah Irfan Amalee dari Indonesia dan Erik Lincon dari Amerika. Meskipun orang itu mempunyai latarbelakang dan kebudayaan yang berbeda, tapi mereka memiliki sebuah konsep yang sama tentang solusi masalah konflik di Indonesia khususnya dan umumnya di Dunia. konsep perdamaian itu adalah melalui generasi muda. Dalam satu tahun Peace Generation telah menjadi sebuah program yang menyebarkan virus perdamaian ke Tujuh provinsi besar di Indonesia. Tujuh provinsi ini kemudian membuat sebuah komunitas peace generation dan menjadikan Peace Generation Indonesia menjadi sebuah komunitas yang terus membesar. Sehingga tanggal 21 september 2008 dan bertepatan dengan hari perdamaian dunia peace generation menjadi salah satu organisasi di Indonesia yang bergerak dalam isu penyelesaian konflik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan dalam Berpacaran (Relakah Perempuan Selalu Dilecehkan?!)

29 Maret 2010   01:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:08 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia ; satunya lagi adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah "perempuan" dapat merujuk kepada orang  yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak. (Wikipedia.com ) Sebagai remaja, tentunya kita sudah dapat membedakan mana perempuan dan yang mana laki-laki dong? Hehehe… Yeah, that’s the point, guys! Menjalani metamorphosis dari mulai menjadi embrio, bayi, batita, balita, anak-anak, dan sekarang menjadi seorang remaja. Tentu saja ada fase-fasenya sendiri. Mungkin saat bayi hingga anak-anak kita masih perlu disuapi makan. Masih harus dimandikan dan diajarkan cara berjalan. Namun sekarang seiring dengan bertambahnya usia, tentu kita nggak mau dan nggak perlu lagi diperlakukan seperti itu kaan?! Menjelang remaja, peristiwa-peristiwa yang kita alami menjadi lebih bervariasi. Tak hanya kejadian sedih dan senang saja, namun keduanya mungkin tercampur-aduk dalam sebuah kondisi di masa remaja. Seperti apa yang ada dalam keadaan dimana kita sedang “jatuh cinta”… Ada yang sudah punya pacar? Ada yang sedang punya pacar, atau sudah pernah pacaran dan memiliki mantan? Hmm… Gaya hidup berpacaran di kalangan remaja range usia 14-21 tahun memang sudah menjadi rahasia umum. Kita saling taksir-taksiran terhadap lawan jenis, menyatakan perasaan alias “nembak”, kemudian menjalani sebuah hubungan yang dinamakan pacaran. Sebetulnya pacaran itu apa sih? Hubungan yang terbina ketika seorang laki-laki dan perempuan memiliki rasa saling suka dan saling sayang kemudian menunjukkannya lewat saling support, saling melengkapi, hadir saat dibutuhkan dan menerima satu sama lain apa adanya tanpa saling menuntut yang “aneh-aneh”?! Begitukah? Atau… Pacaran adalah sebuah hubungan dua insan saling mencintai yang dibumbui oleh tindakan asusila lewat kontak fisik atau bahkan hubungan intim? Owowowow… Saya berharap kita semua penganut point yang pertama. Berita-berita yang beredar di lingkungan sekitar, televisi, koran, atau internet. Memang membuka mata kita soal betapa maraknya gaya berpacaran tak sehat yang berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan. Dari mulai berbagai jenis panyakit berbahaya yang menular akibat gaya berpacaran tak sehat hingga hamil diluar nikah, aborsi dan juga kasus bunuh diri akibat permasalahan cinta seperti menghantui kita semua khususnya para perempuan yang sedang menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis. Kebanyakan kasus yang terjadi, lagi-lagi menunjukkan bahwa perempuan yang dirugikan. Dalam gaya berpacaran yang tidak sehat lengkap dengan seks bebas dan tindakan-tindakan pelecehan lainnya, ujung-ujungnya pasti perempuan yang merugi. Dampak buruk akibat perilaku berpacaran yang menyimpang pasti akan lebih kuat dirasakan perempuan. Dengan perut besar berisi janin hasil perbuatan bersama, sang perempuan harus tough menghadapi hidup dengan segala macam stigma serta dikucilkan oleh lingkungan habis-habisan, belum lagi jika kondisi tidak memungkinkan baik dari segi fisik atau ekonomi terkadang memaksa perempuan untuk melakukan aborsi alias menggugurkan kandungan. Atau bisa juga memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri akibat putus asa atau karena  “sudah tidak ada pilihan lain”. Sementara si laki-laki? Masih bisa bahagia semasa hidupnya karena tidak pernah menyimpan bekas hasil perbuatannya. Ingatlah, bahwa “ Penyesalan memang selalu datang terlambat “ . Makanya, kalau kita nggak mau menyesal kita harus lebih dulu membuat pilihan. Seperti halnya dalam berpacaran, kita perempuan jangan mau ditindas jangan mau dilecehkan apalagi kalau sudah mengarah ke hubungan seksual yang dilarang agama itu. Kita sebagai makhluk suci, sudah sepantasnya menjaga kehormatan kita hingga saat yang ditentukan nanti. Ingat, kalau semuanya sudah terlanjur terjadi, perempuan yang merugi, bukan laki-laki. Kembali pada petuah lama yang menyebutkan: “ Cinta memang buta, tapi kita yang harus punya mata. “ dalam pacaran, kita patut membuka mata,, hati, dan telinga. Kita harus selalu sadar bahwa bahaya dan segala jenis dampak buruknya kita yang menanggung seorang diri. So, what are you waiting for, girls?! Silahkan berpacaran secara sehat, karena tidak ada satupun perempuan di dunia ini yang boleh dilecehkan. [ Niesrina “Ninies” Nadhifah]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun