Mohon tunggu...
MUHAMMAD FAJAR ARIYADI
MUHAMMAD FAJAR ARIYADI Mohon Tunggu... Guru - Penulis jalanan

Membaca adalah Melawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melawan Lupa, Mengenang Salim Kancil

10 Maret 2020   16:54 Diperbarui: 10 Maret 2020   17:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JAS MERAH Jangan sekali kali melupakan sejarah kata Bung karno, mungkin ucapan yang sangat tepat untuk mengingatkan dan menggambarkan peristiwa masa lalu. Kisah tragis seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang di bantai hidup -- hidup oleh sekelompok massa dengan brutal dan biadab. Tiga tahun sudah kematian beliau saat ini terhitung sejak 26 September 2016 Seorang Salim Kancil di temukan tewas dalam keadaan yang sangat memprihatinkan di jalanan Desa Selok Awar -- awar  Kecamatan Pasirian yang berjarak 18 KM dari pusat Kota Lumajang Jawa Timur. 

Kawan Salim kancil yang bernama Tosan juga ikut menjadi korban pengroyokan ditemukan dalam kondisi luka parah meskipun belum meninggal. Entah mengapa disini penulis terbesit sekali ingin mengulas kembali cerita yang menyayat hati. Kisah ini berawal dari kegiatan penambangan pasir besi yang ada di Desa Selok Awar -- awar . 

Kabupaten Lumajang memang di berikan potensi yang sangat luar biasa berupa kekayaan alam paling besar di Jawa Timur . Pasir besi yang berasal dari 3 Gunung berapi salah satunya Gunung semeru yang terbawa aliran sungai sampai ke pesisir pantai Selatan. Kawasan yang memiliki potensi pasir besi mencapai luas 60 ribu hektar dan merupakan salah satu pasir besi dengan kualitas terbaik di Indonesia dengan kadar 30 sampai 40%. 

Bahkan di beberapa tempat ada yang kadarnya mencapai 60%. Pasir besi di manfaatkan sebagai salah satu material konstruksi karna kualitas daya rekatnya yang sangat baik. Banyak Investor dan pendatang yang tergiur untuk melakukan kegiatan eksploitasi. Harga nya pun juga cukup fantastis jika sudah berada di kota besar seperti Surabaya dan Sidoarjo mencapai jutaan rupiah. 

Dengan adanya tambang galian C tersebut tercatat juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Di balik itu semua juga ancaman serius yang terabaikan dari sisi analisis dampak lingkungan termasuk di kawasan pesisir selatan Lumajang. Tak ayal sering terjadi konflik antara warga dan penambang. Hal ini juga yang akhirnya memantik salah satu anggota komisi III DPR RI waktu itu Bung Akbar Faisal sangat berapi-api sekali saat membeberkan hasil investigasi ketika berada di Lumajang di salah satu stasiun TV nasional. 

Miris memang, beliau menduga ada keterlibatan oknum aparat yang ikut juga menikmati uang hasil tambang. Kejadian semacam ini hendaknya menjadi sebuah ibrah bagi pemerintah daerah yang diberikan kuasa penuh untuk menentukan wilayah penambangan sesuai Undang-undang Mineral dan Batu Bara agar turut juga memperhatikan AMDAL dan arif dalam mengelola sumber daya alam yang ada. Sebagaimana hal ini juga sudah di peringatkan di dalam salah satu ayat suci Al -- Quran:

  {}
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Al-Rm [30]: 41)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun