Mohon tunggu...
Gunawan S. Pati
Gunawan S. Pati Mohon Tunggu... Dosen - dosen

Penikmat buku dan pengamat pendidikan dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Implementasi Seni Mengajar pada PJJ

24 November 2020   11:58 Diperbarui: 24 November 2020   18:32 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembelajaran (Freepik)

Pertanyaan ini cukup menarik karena pembelajaran tatap muka dengan PJJ berbeda, guru bisa mengobservasi langsung perilaku siswa dan sekaligus bisa berinteraksi dalam pembelajaran tatap muka sedangkan dalam PJJ tidak bisa.

Namun demikian ada beberapa hal yang bisanya ada dalam setiap pembelajaran baik tatap muka maupun daring yaitu perhatian siswa, kegiatan pengamatan, mengingat materi yang diajarkan, memahami, mampu mencapai tujuan dan bertanggung jawab apa yang dipelajari (Vosniadou, 2001). Oleh karena itu pada prinsipnya pembelajaran tatap muka dan daring tidak jauh berbeda yang berbeda hanya media penyampaiannya.

Salah satu karakteristik PJJ adalah guru dan siswa tidak ada dalam satu ruangan alias terpisah sehingga proses interaksi antar siswa sulit terpantau. Inilah kendala yang paling sulit di atasi dalam PJJ biasanya dalam pembelajaran tatap muka ketika menjelaskan guru sering berinteraksi, misalnya sewaktu melihat ada salah satu siswa tidak memperhatikan guru langsung mengingatkan untuk tetap fokus. Hal semacam ini tentunya tidak bisa dilakukan dalam PJJ.

Guru harus segera mengubah strategi mengajarnya jika melihat perhatian dan gairah belajar siswa mulai turun. Perhatian dan gairah belajar siswa turun merupakan salah satu indikator bahwa siswa sudah mulai bosan belajar. 

Pendekatan mengajar dengan seni bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, guru bisa melakukan pendekatan secara individu bagi siswa yang kurang gairah belajar melalui telepon untuk menanyakan masalah pembelajarannya. Tentunya siswa akan merasa senang jika ada guru yang sangat perhatian dalam belajarnya.

Kedua, guru dapat juga menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar tidak hanya dari hasil penilaian seperti penilaian harian, penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester tetapi juga penilaian sekap meliputi perhatian dalam pembelajaran dan keatifan dalam mengikuti pembelajaran. Penjelasan seperti ini diperlukan agar siswa tidak menganggp sepele jika guru melaksanakan proses pembelajaran.

Ketiga, sikap peduli dan penuh perhatian pada siswa bisa juga memberi motivasi untuk meningkatkan gairah belajar. Apalagi dalam setiap pembelajaran guru selalu melaksanakan dengan sepenuh hati dan disertai improvisasi yang bisa membuat siswa kagum pada gurunya. 

Guru tidak hanya sebagai model dalam kehidupan siswa tetapi mereka juga menganggap sebagai pengajar dan pendidik yang kharismatik. Jika seorang seniman seperti pelukis, pematung dan pemusik mampu menghasilkan karya monumental yang dikenang sepanjang masa, demikian juga seorang guru hasil karyanya berupa siswa yang cerdas, terampil dan berakhlak mulia.

Semoga Bermanfaat

Pati, 24 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun