Mengubah karakter seseorang tidaklah mudah, bahkan tidak bisa, karena itu sudah melekat dengan kepribadiannya. Begitu halnya dengan istri yang berkarakter cerewet. Oleh karena itu, suami hendaknya belajar untuk menerima kenyataan bahwa istrinya memang seorang yang cerewet, dan ia tidak bisa mengubah karakter cerewet tersebut. Dengan dasar itu, apapun yang keluar dari mulut istri diterimanya dengan kepala dan hati yang dingin. "Memang begitulah istri saya".
Mem-positifkan Kecerewetan
Dengan dasar menerima istri apa adanya di atas, kecerewetan istri justru dipandang sebagai perilaku yang menguntungkan keluarga. Apa saja keuntungannya?
Istri yang cerewet adalah istri yang memperhatikan suami. Maka, bilamana suami mendengar kata-kata:
"baju dan celana tidak matching, jangan terlalu banyak merokok, pulangnya, kok, malam-malam terus, sms dari siapa, teleponan dengan siapa, dan sebagaina" dipandang sebagai bentuk perhatian istri.
Istri yang cerewet adalah istri terbuka. Apapun yang bergejolak dalam hati dan pikiran istri, akan dikeluarkannya. Ia tidak menyimpannya. Bagaimana jadinya jika istri selalu diam, segala persoalan dipendamnnya sendiri? Komunikasi dalam keluarga jadi beku, bahkan berisiko pada kesehatan diri sendiri.
Istri cerewet menciptakan suasana keluarga yang hidup. Cerewet membuat keluarga menjadi ceria. Bayangkan kalau sehari saja istri tidak ada di rumah, keluarga terasa sepi.
Akhirnya, marilah kita menyikapi hidup dengan bijaksana. Alangkah harmonisnya keluarga jika suami-istri menerima pasangannya apa adanya, dan mem-positifkan kelemahan masing-masing. Alangkah bahagianya jika istri yang cerewet dihayati sebagai berkah dari Yang Maha Kuasa untuk mendewasakan diri.
Semoga bermanfaat.