Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Prostitusi Anak SMK, "Kujual Kegadisanku demi Gadget Idaman"

6 April 2017   21:42 Diperbarui: 8 April 2017   05:00 6226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Asyik dengan dunia besar, politik elit negeri, eh malah lupa yang ada di depan mata. Sangat kaget kala keponakan bercerita soal rekannya telah jauh berjalan di dalam reman-remannya dunia. Dulu, dulu banget tahu benar kalau ada ciblek,anak SMP yang mau diajak ke hotel oleh om-om, bahkan minta dibuatkan pekerjaan rumah sebelum bertransaksi, itu di dalam benak hanya bagi anak-anak kota besar seperti Jakarta, Jogya, atau Semaranglah. Lha ini kota sekecil Salatiga dan Ungaran.

“Temenku Om, pas ke Bali, minta ditransfer uang oleh om-om yang biasa pakai dia...” atau “Temenku biasa begitu Om, lima ratus kalau hanya mabuk atau main karaokeke Bandungan dengan mas-mas...” atau “Kalau lebih dari itu yang sejuta minimal Om...”

Ponakan yang lagi usai ujian kelas XII berkisah polah temannya SMK. Ia anak SMK jurusan teknik, dalam artian bahwa jelas anak cewenya sangat terbatas. Di antara mereka, karena tidak banyak yang sejenis tentu saling kenal dan sangat tahu sama tahu dengan polah mereka. Ini yang cewe.

Demi Motor Keren dan Asesoris Terbaru, Kugadaikan Kemanusiaanku

Sisi lain adalah para cowok yang mau keren, ganteng, machoseperti di televisi, apadaya pendapatan orang tua terbatas. Gaya hidup sinetron ternyata juga telah merasuki ke kota kecil sekalipun. Mereka jadi calo untuk menawarkan rekannya untuk mendapatkan orderan.Mendapatkan uang gampang, banyak lagi, dan tentu larinya untuk gaya hidup.

Miris mendengar kisahnya, ini berdasar fakta yang memang  ada dan terjadi. Bagaimana hal ini terjadi?

Pertama, pendidikan agama sebatas nilai di raport dan bukan menggerakkan hati. Agama semata koginisi, pengetahuan, ritual keagamaan tanpa makna selain hafal atau tahu. Tidak mendalam dan menjadi gaya hidup dan menjadi rambu-rambu bagi arah kehidupan.

Kedua, keteladanan. Sikap dan gaya hidup hedonis telah menjadi tren yang sangat mudah diakses, disaksikan, dan menjadi impian banyak kaum muda. Agama lemah, contoh di depan mata, apa yang terjadi? Jelas saja mengikuti.

Ketiga, dunia hiburan tidak sehat. Sinetron dengan gaya glamor, mewah, hape,motor, mobil mewah, itu bagi sebagian kaum muda dinilai fakta, gambaran kota besar itu seperti itu. Dramatisasi sebagai hiburan dimaknai sebagai kebenaran.

Keempat, pendidikan yang menekankan kecerdasan intelektual namun lemah dalam spiritual menambah kerusakan moral kaum muda. Bisa saja mereka nilainya tinggi secara akademis, namun melakukan perilaku menyimpang biasa saja.

Kelima, sikap permisif dari masyarakat, orang tua, dan pendidik. Susah memang dengan arus informasi yang tanpa jarak sedangkan masyarakat, orang tua, dan guru bisa dikelabui dengan adanya hapemudah dan meriah, internet dengan gampang bisa diakses anak-anak bahkan di depan orang tua sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun