Selang  tiga tahun, bangsa anak-anak yang bernama Indonesia berani mengadakan PON yang pertama. Masih orok saja sudah berani berkompetisi untuk sama dengan negara-negara besar.
Bertahun kemudian, ketika 70 tahun kemerdekaan, dan 32 tahun Haornas, keprihatinan demi keprihatinan yang hadir. Dari sepak bola yang paling terkenal dan olah raga rakyat ataupun golf yang merupakan olah raga elit kesenangan Pak Wacik dan Pak Batugana.
Sepak bola
Target masuk piala dunia, eh malah sekarang dengan tetangga muda Timor Leste saja terlampaui. Bakat melimpah, dari masa ke masa memiliki nama besar, ada Anjas Asmara, Ronny Patinasarani, Ricky Yakob yang penah main di liga Jepang, Robby Darwis, Nugro, Bima Sakti yang main di Primavera harapan besar masa itu, hingga Evan Dimas yang terlunta-lunta di sini, sekarang sedang mencoba di Spanyol. Persoalan pelik yang sulit untuk diurai dan bahkan seolah tidak mau diurai.
Â
Bulutangkis
Medio hingga akhir 90-an, final bukan prestasi, Susy Susanti dan suaminya Alan, Ardy BW, Sarwendah, Hermawan Susanto merupakan kelanjutan dari era Icuk, Cristian Hadinata, jauh lebih lama ada Rudy Hartono dan kawan-kawan di masanya, Thomas tidak pernah pergi dari negerii ini, All England menjadi jaminan Indonesia Raya berkumandang. Sekarang ini menag di sekelas Vietnam atau India saja sudah bungah yang amat sangat.
Â
Tinju
Ada Elly Pical, kemudian diikuti oleh beberapa yang tidak lama menggenggam juara dunia, diikuti setelah sekian lama ada Crist Jhon. Amatir masa lalu ada Albert Papilaya, ada keluarga Bahari yang berjaya, sayang setelah itu nyaris tak terdengar.
Â