Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Agenda PDI-P Dibalik Pertemuan Ahok dan Ganjar?

26 Februari 2016   08:15 Diperbarui: 26 Februari 2016   08:34 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Agenda PDI-P Di Balik Pertemuan Ahok dan Ganjar? Dan Indonesia Baru

Pertemuan politisi, akan sarat dengan tafsiran. Apapun bisa dipandang dari berbagai-bagai sudut, padahal hanya makan siang misalnya. Makan siang menunya apa masih bisa ditafsirkan dengan berbagai makna. Demikianpun kedatangan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ke DKI dan bertemu dengan Gubernur Ahok.

Alasan yang dikemukakan ke publik ialah, urusan birokrasi istri Pak Ganjar selaku PNS DKI Jakarta yang hendak pindah ke Jateng. Bisa saja sesederhana itu namun bisa pula menjadi tafsiran yang bermakna luas.

Pertama, Pak Ahok calon gubernur yang masih belum menyatakan dengan tegas dan jelas akan mau diangkut oleh PDI-P. Tentu saja kereta terbesar di DKI ini hendak membawa kadernya untuk menduduki DKI-1. Tekanan halus diberikan dengan mengajukan Pak Ganjar, yang memang cukup mumpuni untuk menghadapi Pak Ahok.

Kedua, Pak Ganjar memiliki cukup kuat massa tentunya dari PDI-P, rentan penolakan relatif rendah, jangan lupa bahwa sentimen SARA dan saru masih laku keras lho. Memainkan Pak Ganjar sebagai rival hanya untuk gertak ke Pak Ahok agar cepat memutuskan apa yang hendak dipakai.

Ketiga, ini hanya gertakan, bukan serius, karena PDI-P pun tidak masalah dengan Pak Ahok. Dan juga Pak Ganjar tentu sayang untuk diangkut dari Jateng yang sedang bebenah. Tentu PDI-P akan banyak kehilangan sosok di Jateng, meskipun wakilnya pun masih kader sendiri, namun sosok muda, pembaharu lebih ada di tangan gubernur.

Keempat, menekan kelompok teman Ahok agar mau tidak mau ya memberi jalan, karena ide awalnya kan khawatir Pak Ahok tidak ada yang membawa, ketika kereta dengan sukarela mengajak, tentunya relawan bisa dengan sepenuh hati mendukung pula.

Kelima, jika hanya demi perpindahan istri Pak Ganjar, mengapa baru sekarang? Tentu sangat tidak bisa diterima dengan pandangan lepas politik, sangat tidak hanya sekedar perpindahan pegawai. Meskipun sekali lagi bisa saja juga sesederana itu.

Indonesia Baru

Di luar konteks pilkada, pertemuan, diskusi, dan komunikasi antartiga “raja kecil”, muda, sukses, dan inovatif ini patut mendapat apresiasi tinggi. Pak Ahok, Pak Ganjar, dan Pak Ridwan K, menjadi teladan dan contoh generasi tua, yang malah saling sindir dan cari celah untuk mencari kelemahan pendahulu dan penggantinya. Pak Beye, Bu Mega, panjenengan tidak perlu malu belajar dengan mereka bertiga, meskipun jelas-jelas banyak rivalitas baik langsung ataupun tidak langsung, mereka mau berjumpa dengan baik. Tertawa-tawa. Kebo nusu gudel, sudah saatnya bisa diterapkan. Muda-muda inspiratif, saling belajar, saling bersaing namun bisa berjalan bersisian dan berjabat tangan dengan erat.

Bapak bangsa dulu, yang bisa saling teriak dan beda pendapat namun kembali akur, Bung Karno, Bung Sahrir, Bung Hatta, biasa beda pendapat dan saling teriak di sidang, namun kembali sebagai sahabat, teman, dan berjuang demi bangsa dan negara ini. Moment itu hilang seiring dengan model pecah belah yang masih dipakai meskipun dikutuk, namun kali ni kembali hadir, memberikan harapan baik. Biarkan saja yang saling sindir dan saling curhat itu dianggap sebagai generasi yang hilang, dan kali ini lahir Indonesia Baru, muda, bangkit, dan bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun