Pembaca dan kutu buku yang memiliki stirotipe negatif. Lihat saja tontonan di media, kutu buku digambarkan kaca mata tebal, cupu, kuper, dan tidak bisa gaul. Nah untuk menghilangkan ini bisa dilakukan dengan upaya atau  kampanye, membaca itu keren. Membalik gambaran buruk selama ini.
Pemimpin itu perlu keluasan wawasan, berbeda dengan anak buah atau rakyat. Mereka perlu mumpuni dalam banyak segi dan sisi pengetahuan, membaca bisa memperlengkapi itu. Jangan sampai ditanya persoalan ini malah menjawab itu, saking tidak pahamnya. Itu di atas sudah dibahas panjang kali lebar, asbun jadinya.
Jika mau jujur, anak-anak sekolah itu kini sangat parah dalam hal ilmu pengetahuan umum, hitungan dasar, dan banyak kemampuan bacanya memprihatinkan. Tanpa intervensi serius, yang diharapkan mulai dari pejabatnya dulu, jangan harap bisa terselesaikan.
Membiasakan dan membudayakan membaca itu sangat perlu. Bagaimana bisa alam pikir ilmiah tanpa membaca? Terlihat dari masalah berbangsa yang tidak habis-habis. Lihat penyitaan buku berdasar judul, pastinya polisi belum membaca isinya dengan baik. Mosok berharap paham isinya. Terlalu jauh pastinya.
Penikmat buku pasti akan paham apa-apa yang memberikan keasyikan dalam membaca. Apakah itu demikian saja menjadi habit? Tentu tidak, perlu kerja keras untuk menciptakan kesukaan membaca. Bisa dimulai dari komik, buku banyak gambar, dan nantinya pasti akan suka membaca apapun itu.
Pejabat Membaca? Harus, Biar Tidak Asbun.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI