Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hari Pendidikan Nasional, Pendidikan Murah, dan IQ 78

2 Mei 2024   05:33 Diperbarui: 2 Mei 2024   16:23 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah atau pendidikan itu bukan hutan rimba. Separasi sekolah unggulan-favorit dan sekolah pinggiran. Anak didik dibangun untuk menjadi serigala bagi rekan-rekannya. Persaingan yang tidak sehat namun ada di dunia pendidikan.

Hafalan menjadi andalan. Konon menghafal itu level mamalia, konteks ini adalah hewani bukan mamalia dalam konteks human. Manusia itu akal budi, bukan sekadar menghafal. Plus ada ideolog yang bergabung dalam model ini.

Politisasi pendidikan. Kekacauan pendidikan makin parah ketika usai reformasi di mana raja-raja kecil di daerah juga ikut campur dalam dunia pendidikan. Utamanya sekolah negeri, beda afiliasi dengan si raja, kepala sekolah, apalagi kepala dinas jangan harap bisa berkarir dengan baik. Bagaimana mereka memikirkan pendidikan jika harus mengabdi pada raja-raja kecil ini.

Mirisnya mereka ini pimpinan daerah banyak yang sama sekali tidak punya kapasitas soal pendidikan, namun memiliki kuasa yang luar biasa. Ngeri pokoknya.

Ideologis dalam pendidikan, suka atau tidak, ideolog ultrakanan sudah merasuk terlalu dalam di dalam pendidikan. Konsep kependidikan yang memang tidak bagus. Pola pendekatan yang sangat remeh, hafalan, pokok lulus, seragam yang penting, bukan mengenai mutu dan kepribadian.

Kelompok-kelompok ini lebih asyik bicara ideolog bukan pendidikan. Campur aduk yang membuat kacau. Sudah ada politik, masih dicampur lagi dengan ideologi.


Keseragaman. Hal ini tidak bicara mengenai pakaian, namun mengenai kelas, pelajaran, kurikulum, dan semua hal. Padahal begitu luas negeri ini, dari Sabang sampai Merauke, belum lagi kemampuan, bakat, minat anak didik itu berbeda-beda. Bagaimana seragam itu membuat banyak anak yang malah tertekan.

Esensi pendidikan seharusnya membebaskan. Anak-anak merdeka dalam eksplorasi diri, tidak malah terkekang dengan kelas dan kurikulum kaku.

Gap antara pendidikan dan dunia kerja. Begitu banyak hal yang harus anak kuasai, padahal di dalam dunia atau hidup sehari-hari sering tidak terpakai. Apalagi dalam kerja. Sering tidak menjawab kebutuhan dunia kerja. Hal yang membuat orang frustrasi, bahkan ada calon dokter spesialis yang mau mengakhiri hidup, ratusan lagi.

Pendidikan malah membuat beban, bukan menyenangkan, menggembirakan, eksploratif sehingga anak berkembang lebih jauh.

Sudah seharusnya pendidikan terjangkau itu membuat orang makin cerdas. Namun mengapa di negeri ini tidak demikian. Memang pendidikan murah itu tidak bisa, namun negara hadir untuk memberikan dana pendidikan bagi warganya itu tidak murah. Pendidikan terjangkau, sehingga semua warga negara melek pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun