Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY Galau

9 Juni 2023   14:15 Diperbarui: 9 Juni 2023   14:20 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AHY Galau

Pilpres makin dekat. Koalisi masih setengah jalan. Para kandidat yang sudah memperoleh mandat cukup sibuk. Menarik adalah orang yang merasa pantas jadi ini dan itu namun belum memperoleh titah dan sikap oke dari partai rekanan. Slot capres kayaknya sudah tertutup. Kini yang ramai dan masih pada ngarep bakal calon wakil presiden.

Salah satu yang paling getol itu AHY dengan Demokrat. Bagaimana hampir setiap saat mereka, AHY, SBY, atau elit partainya membuat narasi, opini, kadang klaim yang bombastis. Seperti "ancaman" jika sampai Juni tidak deklarasi maka mereka akan mengadakan evaluasi.

Alasannya, karena belum ada nama cawapres dari Anies Baswedan maka survey selalu menempatkan posisi capres koalisi bersama PKS dan Nasdem ada di posisi buncit. Padahal, ada tiga nama yang beredar sebagai bakal calon presiden, kenceng semua juga belum ada cawapresnya. Mau Ganjar ataupun Prabowo. Dalih mengatakan demi elektabilitas atau mau tahu siapa sih yang mau diajukan sebagai rekan bakal calon wakil presiden.

Apa yang terjadi sebenarnya adalah, Demokrat dengan AHY  mau kejelasan, ya atau tidak, yang mereka usung itu Anies-AHY. Fokusnya adalah AHY sebagai bakal calon wakil presiden. Sekian lama kan belum ada titik temu itu.

PKS yang juga ngotot mau mengusung kadernya menduduki bakal cawapres sudah mulai melunak dengan pernyataan, yang penting memenangkan kontestasi, siapapun yang menjadi calonnya. Artinya jauh lebih mudah kini. Karena sudah mundur satu pesaing.

Malah Nasdem yang memberikan pernyataan cukup sengit dan nyelekit. Mereka, kubu Nasdem mengajukan mbok sebaiknya bakal calon wakil presiden dari luar koalisi saja, selain keadilan, tidak rebutan, juga menjaga soliditas. Jangan mendesak untuk bersegera deklarasi. Piagam kerjasama memberikan mandat kepada bacapres untuk menentukan siapa pasangannya.

Menarik apa yang Demokrat lakukan ini identik dengan apa yang Deni Indrayana soal di MA dan MK, seolah-olah mereka sudah mendapatkan putusan yang berbeda dengan apa yang mereka mau. Membuat persepsi publik terbentuk, bahwa pemerintah mengintervensi peradilan. Hal yang mengerikan sebenarnya.

Pembentukan opini publik sehingga pengambil keputusan tidak lagi bebas sepenuhnya karena sudah terpolarisasi dan adanya pemehaman peradilan sudah ditidak merdeka, mengabdi kekuasaan, dan sebagainya. Padahal sejatinya tidak demikian.

Pun dengan mendesak pencalonan segera dideklarasikan itu tidak semata-mata untuk mendongkrak ketenaran dan elektabilitas Anies Baswedan,   namun mau tahu siapa sih yang resminya disandingkan dengan mantan gubernur DKI itu. Penting karena berimplikasi banyak bagi Demokrat khususnya.

Mengapa demikian?

Lihat saja baliho di mana-mana tampang AHY bersama SBY paling yang banyak bermunculan. Berbeda dengan PKS yang selalu mengusung  kepentingan partainya, namun juga ada gambar bakal calon presiden mereka.  Sebenarnya dari sini juga sudah terlihat bagaimana konsentrasi dan fokus partai itu nyata.

Menarik, jika bukan AHY yang diajukan, sebagaimana maunya Nasdem. Apa yang akan terjadi coba? Mau pindah ke koalisi lain sangat susah. AHY dan Demokrat itu hanya pelipur lara, bukan partai besar yang akan menarik untuk bekerja sama. Keberadaan ketua umum partai mersi itu pun segitu saja, bukan magnet yang mengundang kerumunan untuk menjadi partnernya.

Padahal, sudah dua gelaran pilpres, sikap SBY terlihat sangat mencolok bagaimana mereka, Demokrat itu setengah hati. Seolah hanya pajangan yang mau menang ya syukur, kalah tidak jadi masalah. Apatis. Hal     yang sama bisa juga terjadi. Kalau hari ini sangat tidak mungkin, karena dampaknya sangat besar.

Jika Demokrat menarik mundur dukungan sebab AHY tidak dicawapreskan, suara mereka sangat tidak cukup. Artinya koalisi mereka hanya duluan deklarasi namun tidak mampu membawa dalam arena pertarungan yang sesungguhnya. Konsekuensi yang sangat tidak mudah bagi parpol yang tergabung dalam koalisi.

Demokrat sendiri juga mau tancap gas, jika gagal dengan koalisi awal ini mereka mau apa. Pindah membangun  koalisi baru jelas tidak cukup waktu. Paling-paling menjadi penggembira sebagaimana 2014 dan 2019. Kemudian membangun citra di dekat 2029. Padahal itu semua tidak cukup. Sama juga selama ini ke mana mereka? Ada waktu padahal, dari pada hanya menyerang pemerintah terus, jauh lebih keren memberikan sumbangsih secara faktual.

AHY juga harus sadar dan tahu diri, dia bukan SBY.  Waktu dan kesempatan yang jauh berbeda. SBY sangat  tenar kala itu. Pun keberadaan partainya pun sangat kuat. Konteks 2009, bukan 2004. Pada periode pertama pemerintahan SBY, ketenaran dan ketokohan SBY dengan tim yang solid memampukan ia menjadi presiden.

Kini, AHY belum sekuat pepo. Partainya sih 11 12 dengan 2004, hanya faktor pendorong untuk bisa menjadi besar tidak ada. Eh jualannya      juga hanya menyerang Jokowi, utang negara, tanpa ada yang baru, apalagi bicara solusi.

Demokrat itu sebenarnya harapan, masa depan negeri ini. Sayang bahwa malah hanya menjadi alat keluarga bukan sarana untuk memikirkan bangsa dan negara lebih maju lagi.

Makin hari makin asyik juga perpolitikan negeri ini. Saling  mengunci dan sabar adalah pembedanya. Tergesa-gesa akan celaka. Sekecil apapun kesalahan atau kekeliruan akan kudu dibayar sangat mahal.  Pun negeri ini, jika gegabah memilih pemimpinnya, pertaruhannya adalah masa depan bangsa ini.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan  

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun