Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Kisah Nyata] Kekecewaan Guru

25 November 2022   09:33 Diperbarui: 25 November 2022   09:38 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Guru: Kompas.com

[Kisah Nyata] Kekecewaan Seorang Guru

Mendengar kisah kecewanya seorang guru berbulan lalu, momen yang tepat untuk menuangkan dalam sebuah tulisan. Tentu tak hendak membuat kelabunya Hari Guru, namun itu sungguh terjadi. bagaimana si Ibu Guru yang menjelang pensiun malah menyaksikan dengan seluruh inderanya, mantan murid dan muridnya itu yang sangat tidak patut.

Seorang guru di sekolah dulu mengatakan, jika setan itu kadarnya masih belum seberapa karena ia tidak menularkan, mengajak orang lain untuk berbuat jahat. Berbeda dengan iblis, di mana ia mengajarkan perilaku buruk pada pihak lain. Kasusnya adalah, kakak kelas mengajak adik kelas merokok, di asrama yang memang tidak boleh merokok. Pantangan besar.

Ibu Guru yang mengabdi hampir 40 tahun dan memasuki purna di bulan mendatang ini layak sangat kecewa. Bagaimana ketika beliau mendampingi studi wisata, karena muridnya sedikit, akhirnya orang tua ikut serta.  Sepanjang perjalanan orang tua ini duduk di bagian belakang, apa yang mereka lakukan?

Masa kerja hampir empat dasa warsa, berarti orang tua murid itu adalah juga murid beliau. Perjalanan mengajarnya memang tidak banyak berpindah. Muridnya   yang sekarang adalah anak-anak dari orang tua yang dulu adalah juga asuhan beliau.

Guru mengetahui anak didiknya jadi jenderal pasti senang. Pun mendengar ada yang kurang beruntung nasibnya pasti prihatin. Toh tidak kecewa, karena itu bukan kapasitas guru untuk bisa memberikan jaminan baik masa depan anak-anak didiknya.

Tahu bahwa murid atau bekas muridnya menjadi orang sukses, kalau lupa, pasti mereka tidak akan sedih, kecewa atau menyesal. Mengapa? Itu adalah tanggung jawab, kewajiban, dan sudah menjadi tugasnya. Tidak akan ada guru yang meminta balasan atas apa yang telah siswa-siswinya peroleh.

Ikut bangga, senang, dan tentu bahagia. Tidak sia-sia apa yang telah mereka lakukan. Upaya   dan kerja kerasnya berbuah manis pada anak-anak didiknya. Hal yang pastinya menjadi pengharapan seumur hidupnya.

Guru yang mengajar bersama mantan siswanya juga tentu saja banyak, mereka akan bersuka cita karenanya. Bekerja bersama-sama mencerdaskan anak-anak menuju masa depannya.

Kekecewaan Ibu itu layak karena mengapa? Para mantan muridnya itu bermain judi di dalam bis yang mengantar mereka. Tanpa merasa bersalah, di hadapan mantan guru, guru anaknya, dan juga di depan anak-anak mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun