Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Transformasi Digital Perlu Berbarengan dengan Literasi Digital

11 Desember 2021   20:34 Diperbarui: 11 Desember 2021   20:37 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Johnny Plate: Kominfo.go.id

Literasi Digital

Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya.

Menurut definisi di atas,  apa yang terjadi dengan maraknya pinjol, penipuan berbagai jenis, dan juga adanya hoax yang merajalela, tentu menjadi keprihatinan bersama. Masyarakat perlu adanya edukasi yang menyeluruh dan mendalam.  Bagaimana kemajuan teknologi itu bisa membantu orang menjadi lebih cepat di dalam menghasilkan sesuatu, mengurus segala hal, dan juga menghemat waktu dan tenaga.

Johnny Plate selaku Menkominfo menargetkan 12,4 juta penduduk per tahun bisa mendapatkan pelatuhan literasi digital. Apa saja yang termasuk dalam LD tersebut? Etika digital, keamanan digital, budaya digital, dan ketrampilan digital. Semua ini masih pada taraf dasar.

Lanjutannya juga telah disediakan oleh kementrian dengan bentuk Digital Talent Scholarship (DTS) dan literasi digital atas melalui program Digital Leadership Academy (DLA).  DTS memberikan beasiswa kepada 100.000 peserta setiap tahun pada bidang-bidang seperti komputasi awan, AI, IoT, Big Data Analytics. DLA untuk mendukung pengembangan kota cerdas dan pembuat kebijakan digital, serta pendiri startup digital.

Transformasi tanpa adanya literasi akan terjadi hal sebagai berikut;

Dalam bidang ekonomi perdagangan, kita hanya menjadi konsumen dan pembeli. Perdagangan global sangat mungkin memenuhi negeri ini. Pola pikir buatan luar selalu baik menjadi biang masalah, sehingga pelaku industri dalam negeri kalah.

Peta politik, sangat mungkin terjadi perang data, dan masyarakat  kita yang tidak tahu apa-apa menjadi agen secara tidak sengaja dengan menyebarkan berita-berita bohong, separo data, dan sebagainya. Etika digital membantu masyarakat untuk mampu memilah dan milih konten untuk kehidupannya.

Siskaae, seorang pelaku transformasi digital yang salah, karena melupakan etika, ketika ia terjun dalam dunia hiburan dewasa. Artinya transformasinya sudah sukses, namun secara literasi  belum sepenuhnya.

Sama halnya dengan para pengguna media sosial di negeri ini. Begitu masif dan aktif untuk bermedia sosial, namun sayang bahwa caci maki dan kata-kata kasar seolah biasa saja.  Masalah, ketika klaim negara religius tidak dibarengi dengan tata krama bermedia digital secara baik.

Penyebaran fitnah, data separo, dan pembiasan berita atau peristiwa seolah biasa saja di negeri ini. Transformasi sudah, namun sisi literasi masih jauh dari harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun