Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Johnny Plate dan Simalakama Pinjol

23 Oktober 2021   20:23 Diperbarui: 23 Oktober 2021   20:51 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinjol:cncbindonesia.com

Johnny Plate dan Simalakama Pinjol

Presiden Jokowi menyoroti maraknya masyarakat yang mengeluh terkena tipu dan ancaman penagih atau debt collector pinjol. Kisah-kisah pilu ini demikian masif sebenarnya, toh lembaga yang terkait, sebelum Presiden Jokowi bicara, seolah tidak tahu atau tidak mau tahu.

Usai presiden bicara, langsung media memberitakan polisi melakukan penangkapan di mana-mana. Semua bergerak. Instansi lain juga ikut aksi dengan melakukan pemblokiran, ada pula pejabat yang berkomentar, meskipun ada unsur ngaco. Piutang ya harus dibayar, berbeda ketika mengenai bunga yang tidak masuk akal. Pokoknya, atau induknya tetap harus dilunasi.

Gagasan jangan bayar itu namanya ngemplang, apapun dasarnya salah. Pinjol ilegal salah, nasihat untuk masyarakat untuk tidak bayar juga salah. Kurang tepat dan bijaksana.

Mengapa pinjol marak? Sederhana, ini masalah ekonomi paling dasar, kala permintaan tinggi, tentu pasar akan merespon dengan sangat baik. Kendala yang ada adalah, peminjaman melalui lembaga resmi seperti bank sangat susah, berbelit, bunga juga sangat tinggi. Susah dijangkau oleh publik kebanyakan.

Tanpa agunan juga tidak bisa. Survey berkali ulang, tanya sana-sini, menanti, dan ujungnya penolakan, padahal kebutuhan harus dicukupi. Kondisi yang realterjadi.

Pengalaman tidak langsung dengan pinjol itu, ketika tiba-tiba menerima SMS dengan huruf besar semua, dengan kata-kata kurang ajar, sangat kasar, maling, dan sebagainya. Ini kepada pihak yang tidak berkepentingan, mau minta tolong bahkan, sangat kasar, apalagi jika itu yang berhutang.

Ini sih premanisme berkedok teknologi. Tidak ada sopan santun, perkenalan, atau salam. Langsung memaki-maki, tanpa tahu ujung pangkalnya. Padahal mereka sudah mencuri data tanpa merasa bersalah pula. Ini soal cara  berkomunikasi.

Simalakama Pinjol

Kebutuhan masyarakat untuk kredit itu tinggi, padahal penyedia layanan tidak semudah yang dibayangkan, nah ketika "kreatifitas" itu timbul, ya suka atau tidak seperti ini. Bisa dibayangkan bagaimana perputaran uang 260 T dengan nasabah mencapai 68 juta orang. Ini juga harus diperhatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun