Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mungkinkah Celeng Kudeta Banteng?

16 Oktober 2021   13:28 Diperbarui: 16 Oktober 2021   13:54 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
celeng: liputan6.com

Istilah yang digunakan Bambang Pacul terlalu kasar. Pemilihan yang tidak mencerminkan kebiasaan PDI-P selama ini. Tidak suka ya silakan, tetapi kan ada pilihan lain yang lebih baik. Ketika ia mengatakan celeng pada pendukung Ganjar, apa mau ia dikatakan kutu busuk misalnya karena ia mengusung Puan.

Apa yang menjadi dasar adalah pernyataa ketua umum, Megawati yang mengatakan, siapa yang diusung partai banteng itu keputusan ketua umum, dan sampai saat ini belum ada pilihan itu. Puan dan Ganjar itu sama dalam partai. Megawati ibu kandung Puan itu secara biologis, kepartaian tidak ada sangkut pautnya dengan anak dan orang tua.

Bambang Pacul sama celengnya sebenarnya jika mau jujur dan sportif dalam alam demokrasi. Mau anak atau mak, atau kakek, status kan sama dalam partai. Ketua umum, pengurus, atau kader saja.

Selain tidak elok dengan mengatakan kader lain sebagai celeng, padahal kalau mau demokratis ia juga celeng yang sama. Aneh dan lucu kalau ia mengaku banteng sedang pihak lain harus celeng,

Ketua umum yang diberi mandat kongres masih belum memberikan keputusan. Padahal Ganjar sudah "road show"  dengan cukup gemilang, sejak pilkada dan terakhir Papua. Susah meliht langkahnya ini di luar kendali penguasa banteng. Mengapa?

Ganjar berkali ulang menegaskan ia adalah kader banteng moncong putih, tidak pernah tidak. Berbeda dengan pilihan Bibit Waluyo dahulu kala. Itu pilihan dan kondisi berdemokrasi bangsa ini memang masih demikian. Pejabat  publik masih lekat pada partai, padahal jauh lebih tepat ala Bibit Waluyo, di mana ia mengaku bukan lagi  "milik" partai.

Sambutan untuk Gajar jauh lebih tinggi dari apa yang Puan terima, Anies, atau Ridwan Kamil  dalam satu frame yang sama. Bonek, simbol Jawa Timur banget saja mengelu-elukan Ganjar. Pemain politik, sekaliber Bambang Pacul atau Mega pasti paham, bagaimana Jawa Timur adalah lumbung suara nasional.  Terutama untuk banteng dan PDI-P. Susah untuk berharap pada Jawa Barat.

Jawa Tengah sudah hampir pasti mengarah pada Ganjar. Jawa Timur hanya tinggal memoles, artinya, dua kantong terbesar sudah ada di tangan. Makin dekatnya gelaran dan mengerucutnya calon akan membuat daerah-daerah gemuk pasti akan digarap dengan super serius.

"Perselisihan celeng-banteng" ini malah makin membuat Ganjar lebih populer lagi. Pada sisi lain Puan malah mendapatkan citra yang jelek, pas momen panas dengan Ganjar, tiba-tiba balihonya menyebar di mana-mana. Momennya salah, tidak menjadi populer namun malah tercitrakan secara buruk.

Mesin partai banteng moncong putih itu sangat loyal. Jadi susah melihat kudeta celeng ala Bambang Pacul ini. Jangan-jangan  malah Bambang Pacul menjadi alat tanpa ia sadari. Lihat saja nama ganjar malah makin melejit.

Relawan satu demi satu mulau lahir dan menyatakan diri dengan penuh keyakinan. Mengapa demikian?

Ganjar tercitrakan mirip dengan Jokowi. Beberapa sisi dalam kinerja dan pendekatan pada masyarakat memang mereka memiliki kemiripan. Ini bukan buatan Ganjar meniru Jokowi, namun memang identik.

Jika meniru itu akan sama persis aksi dan perilakunya. Ini cukup berbeda. Memanfaatkan media sosial yang sangat kekinian sangat membantu Ganjar mendapatkan poin dari masyarakat. Keluhan publik yang cepat ia respon itu point penting. Kerusakan jalan misalnya langsung bisa tertangani. Memotong banyak jalur birokrasi yang inefisien.

Jokowi tidak model demikian. Reaksi atas  masalahnya sama, cepat, tepat, dan tanggap dengan keadaan yang tidak baik. Solusi itu penting bagi negeri ini. Jelas  Ganjar tidak sedang duplikasi cara politik Jokowi.

Berasal dari rakyat kebanyakan. Keduanya identik, ada pula bedanya, Jokowi bukan termasuk kalangan menengah atas partai, Ganjar masuk kelompok ini. Namun keduanya bukan kelas elit atau top dari partai. Beda dengan Puan atau AHY, yang sangat terbuka untuk mendapatkan karpet merah.

Prestasi mereka yang membuat namanya melambung mengatasi para elit partai politik. Di sinilah persoalan muncul. Bagaimana selama ini negeri ini dikuasai oleh para elit. Ketika orang biasa mau naik kelas, mereka tidak suka.

Model kepiting masih begitu kuat dalam perpolitikan negeri ini. Yang kuat, gede, dan besar akan menindas, menginjak-injak yang lebih kecil untuk bisa membebaskan diri. Sama juga mereka ini akan mencapit yang kecil-kecil yang sudah mau bebas dan sampai di atas.

Identik. Lihat saja partai yang biasa dikuasai keluarga, trah, atau masih model kuno, feodal, tidak akan suka ada orang luar bisa berkuasa, moncer, dan memiliki pengaruh lebih gede.  Kerajaan sudah tidak ada, namun sikap batin feodalnya masih demikian kuat dan menjadi sebuah kekuatan raja-ratu kecil di hari-hari ini.

Banteng masih aman hingga hari ini. Jangan sampai mengulang keadaan Demokrat. Posisi Megawati yang rela menyerahkan pada Jokowi yang lebih menjanjikan dalam pilpres 14, sangat mungkin terulang untuk pemilu 24.

Jauh lebih penting sekarang adalah menjaga nama ganjar agar tidak dirusak rival politik dengan aneka bentuk. Persoalan di dalam, mau serius atau permainan sih tidak menjadi soal. Tega larane ra tega patine. Lain jika rival dari luar, yang sangat mungkin akan menggunakan segala cara untuk bisa menjegal langkah yang sudah baik.

Masih akan lebih menarik dari hari ke hari menjelang pemilihan 24 nantinya. Menjelang tahunnya makin hangat dan seru.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun