Namun apa daya, masih banyak orang mikir demi diri, kelompoknya, bangsa dan negara semata alat. Ini semua memang harus dihadapi dengan tabah. Menerima masih banyak elit bocah yang tamak dan rakus soal kuasa dan uang. Identik dengan maling anggaran yang susah diatasi ya karena penyakit ini.
Toh tidak boleh pesimis. Harapan tetap kudu digelorakan, keadaan akan lebih baik. Biar saja si tamak nanti seperti tikus mati di dalam lumbung, karena kekenyangan. Tamak yang merusak.
Terima kasih dan salam
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!