Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Babi Ngepet dan Pendidikan Nasional

2 Mei 2021   13:55 Diperbarui: 2 Mei 2021   13:54 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kini, ketika era android, metani itu berkembang. Semua tersedia di media canggih itu. Mirisnya, pola pikirnya masih sangat jadul.  Apapun menjadi bahan pergunjungan, dari artis, pengusaha, penguasa, dan juga tetangga.

Pasar demikian besar, sehingga membuat seorang tokoh setemat untuk menjadikannya lahan bisnis. Ini sih pansos, menjual bualan soal kesaktian. Hal yang sangat banyak terjadi dalam dunia sekeliling kita.

Politikus dan pemain media sosial biasanya menyerang tokoh besar untuk mendapatkan panggung. Nah, kalau orang kampung biasanya membual. Kadang mereka ini tidak merugikan secara materi kog. Demi mendapatkan simpati, wow, atau keyakinan warga. Kek ABG yang sedang pedekate lah.

Ini yang disasar si penebar isu babi ngepet. Mereka merekayasa cerita, hal yang  sama juga terjadi dengan makam-makam di banyak daerah.  Cenderung bombastis, bualan, dan kehebohan.

Apa kaitannya dengan Pendidikan Nasional?

Ini masalah yang dianggap angin lalu. Kehebohan model begitu menjadi konsumsi besar-besaran. Padahal apanya yang aneh? Tidak ada, hanya orang membual.  Ini kan soal pengetahuan masyarakat yang rendah.

Bergosip itu karena waktu luangnya berlebihan. Minim kreatifitas. Isinya ngurusi liyan, padahal begitu banyak hal yang bisa dilakukan, jika mau maju. Membaca, menulis, menuangkan gagasan dan ide dengan bertanam, berkebun, atau minimal menjahit.

Lha mencuci enggan, setrika ogah, tapi bergosip semangat. Ini masalah yang perlu dicermati dan akhirnya dicarikan kesibukan. Tetangga sibuk malah dijadikan bahan gosip. Ribet.

Sikap kritis yang ngaco. Lihat saja mak-mak yang ribut di medsos. Tidak jarang malah berujung bui. Padahal energi mereka bisa disalurkan untuk yang lain. Sayang  energi, paket data hanya dipakai untuk ha ha hi hi tanpa menghasilkan.

Padahal coba buka akun media sosial yang bisa menghasilkan uang. Emang harus kerja keras sih. Tetapi kan menghasilkan.

Belum lagi soal pendidikan danbudaya. Bagaimana orang tidak lagi tahu adab dan adat. Tidak ada lagi soal sopa santun, tanggung jawab, dan sikap bisa dipercaya. Lebih banyak teriak, memaki, dan menuding. Membela bak babi buta yang sama, dan menjadikan yang berbeda sebagai musuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun