Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jakarta Jangan Menyerah, Ayo Belajar ke She Cia Zhuang

22 Januari 2021   10:50 Diperbarui: 22 Januari 2021   10:56 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jakarta Jangan Menyerah, Ayo Belajar ke She Cia Zhuang

Kemarin, ketika memilah dan memilih untuk mengupas mengenai Jakarta Menyerah, Kner senior Mbah Manula mengirimkan video dan mbok membahas ini. Hal yang sangat biasa dilakukan sejak dulu, sebelum ada grup percakapan, melalui pesan dari Kompasiana.

Setahun lewat, ketika Wuhan menjadi pusat dunia, rumah sakit dibangun dengan waktu yang sangat singkat. Panel-panel dikirim dan tinggal merakit. Konon perancangnya adalah kelahiran dan kecil di Jawa Timur. Di sini ikutan bangga dan merasa ikut andil dengan tenaga ahli yang mumpuni demikian. identik dengan keberadaan Obama yang hanya mampir ngombe di Indonesia.

Pemerintah Provinsi DKI mengeluh bahwa mereka kehabisan kamar perawatan karena harus menampung warga luar Jakarta. Maka, keluarlah ide untuk meminta pemerintah pusat untuk mengambil alih kendali sehingga bisa lebih efektif dan efisien. Hal yang bisa diterima nalar, lepas dari apa yang sudah dilakukan pemerintahan daerah selama ini.

Jika melihat pergerakan dan pengidap covid, suka atau tidak, rela atau tidak, dengan trend dan kebiasaan hidup harian yang masih sama saja, susah berharap rumah sakit mampu menampung dengan lancar, selain tentu saja tenaga kesehatan yang terbatas.

Sering dan kadang ikut mengatakan, belajarlah sampai ke negeri China, dan benar adanya. Lepaskan dari narasi ideologi, rasisme, dan apapun. Toh memang demikian. Kini, kawasan lain, setelah setahun lalu Wuhan dengan rumah sakit fenomenalnya, kini She Cia Zhuang menampilkan "atraksi" lain, seolah hunian portable, bongkar pasang, dan hanya dalam hitungan jam bisa selesai dengan tenaga pembangun sangat minim.

Riset dan kerja keras para tenaga selain tenaga kesehatan jelas terlibat. Melihat bentuk, konstruksi, dan modelnya, sangat terbuka untuk diaplikasikan di Indonesia. Selain untuk rumah sakit darurat covid, kita ini suka atau tidak adalah negara yang sering terkena bencana. Mau banjir, gempa, atau gunung meletus sangat rutin terjadi. Pokok polemik selalu  hunian sementara atau barak pengungsian.

Melihat betapa sederhana, ringkas, dan tentu sangat sehat dan melindungi secara menyeluruh, bukan tidak mungkin lembaga-lembaga negara di sini ikut belajar, atau membeli, sejatinya, teknisi-teknisi di sini bisa juga membuat duplikasinya. Ahli sipil dan teknik-teknik lain sangat mampu dan mumpuni. Kapal selam, pesawat saja bisa kog. Mengapa hal yang tampak dan kasat mata risiko rendah demikian tidak bisa? Sangat tidak mungkin.

Beberapa hal yang menguntungkan pengadaan model ini,

Jelas lebih baik, rapi, dan terjamin dalam banyak hal dari sekadar tenda. Lebih kuat, kokoh, dan aman, membangunnya juga relatif lebih cepat, hemat, dan efisien. Hemat dalam banyak hal dan tentu saja sangat tepat guna. Tidak hanya untuk rumah sakit sementara, bisa pula untuk hunian sementara dalam berbagai kejadian tidak terduga.

Pengadaan sekali, bisa diguanakan untuk beberapa kali kejadian luar biasa.  Hal yang tentu saja menghemat anggaran negara, dan itu  sangat perlu. Lagi-lagi efisiensi. Tenda yang selama ini ada, cenderung mudah rusak dan cenderung sekali pakai.

Riset itu memang perlu terus menerus, fokus pada keahlian masing-masing. Lihat saja China bisa menangani pandemi, menghasilkan vaksin, dan rumah sakit sementara yang sangat sederhana, efisien, dan efektif, setahun saja ada perubahan yang sangat banyak, besar, dan mendasar.

Tabiat kita bicara hanya satu soal  tetapi tidak mendasar dan tidak menccari solusi. Ribut jumlah test, ribut vaksin dari mana, gratis atau tidak, dan boleh atau tidak oleh agama. Tetapi tidak pernah bicara menemukan vaksin, dan menanggulangi kekurangan kamar. Sama juga kalau banjir, menuding sana-sini, pas kemarau ganti memaki sana-sini karena kekeringan dan kebakaran lahan.

Belajar ke China, ahli konstruksi juga ikut kerja keras menemukan trik membangun rumah sakit sementara dengan segera. Ahli vaksin mencoba riset dan berhasil untuk dunia. Persembahan kelas dunia,  memang sih kita persembahannya kelas akhirat.

Masalah perawatan. Lagi-lagi tabiat jelek bangsa ini. Sederhana, kotak pemilu itu, dulunya berbahan yang awet dan bisa dilakukan berulang. Kini sudah banyak yang hilang, rusak, dan tidak tahu rimbanya. Ganti dengan kardus. Kan khawatirnya nanti pas mau digunakan rumah bongkar pasang ini telah hilang atau malah dipakai pribadi. Perawatan sama juga dengan evaluasi, buruk.

Merasa memilikinya salah. Biasa menyimpan untuk sendiri, bukan merasa bahwa itu harus dipelihara baik-baik. Lihat saja cara-cara kerja ekspedisi, pernah ada tayangan yang melempar-lemparkan barang, merasa bukan miliknya, padahal ia dibayar untuk mengantar itu secara utuh, baik, dan masih seperti ketika dikirim bukan?

Peristiwa, khususnya bencana seharusnya membuat kita belajar. Sayang hanya ribut mencari benar dan kadang malah menjadi panggung politis bagi sebagian pihak. Hal ini juga dilakukan top dan elit negeri, miris sebenarnya. Anugerah Tuhan yang disia-siakan. Terlalu banyak tukang ndelok, kendel alok, hanya melihat tanpa berbuat.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun