Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PSBB Ala Jakarta dan "Pertarungan" Pilpres Belum Usai

12 September 2020   12:17 Diperbarui: 12 September 2020   12:04 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PSBB dan anehnya lagi. PSBB itu sudah selesai, kini saatnya untuk bertindak bijaksana, berdamai dengan virus yang tidak kelihatan itu. Sama dengan menghadapi AIDS, jantung, diabetes, semua ada, di depan mata, dan mematikan juga. Toh bisa disiasati. Benar, jantung dan diabetes tidak semenular dan mengerikan covid, toh daya bunuh dan daya rusaknya sama.

Disiplin diri dan sikap pemerintah yang menjadi penting. Lihat saja semua daerah memberikan laporan baik, positif, makin memberikan lampu hijau untuk normal. Ketika ada satu saja daerah yang memaparkan anomali, perlu dicek kebenarannya, aneh dan lucu. Belum lagi, ketika sejak awal narasi yang dibangun asal berbeda, bukan berupaya untuk menyelesaikan.

Angka yang perlu bansos tidak jelas, sok-sokan membuat aturan namun ngawur, dan kejadian aneh-aneh lain yang sangat tidak produktif. Tetangga-tetangga yang lebih kecil anggarannya saja relatif lebih baik kog. Bandingkan Jabar, Jateng, atau Surabaya yang level kota, bagaimana yang paling teriak kencing, eh kenceng tapi nol itu?

Masker menjadi penting. Karakteristik virus ini belum ada kepastian. Masker itu upaya awal, toh makin banyak yang meliar dan menilai seenaknya. Lebih banyak orang yang abai merasa baik-baik saja, atau tidak lagi peduli.  Pemda ini yang harus menggalakan dengan lebih giat lagi.

Pembatasan aktifitas berkumpul yang sangat tidak perlu. Lha malah ada deklarasi para barisan sakit hati pun boleh. Kan aneh dan lucu. Seolah baik-baik saja. Mungkin elit dengan penanganan sangat ketat tidak terpapar, lha siapa yang menjamin yang datang itu mampu menjaga stamina dan kondisi baik-baik saja.

Mengada-adakan aktivitas berkumpul atas nama aksi sosial. Tuh lihat seremoni monumen peti mati, pasar murah pada awal-awal pandemi, pembatasan angkutan, atau kegaiatan aneh-aneh yang tidak perlu diperjelas lagi.

Pilpres sudah selesai, pemimpin pilihan sudah bekerja, rival utama sudah menyokong dan mendukung penuh, toh gerbong itu tidak bisa sepenuhnya bisa dikendalikan. Mengapa? Ya karena memang Prabowo adalah alat semata.  Siapa-siapa mereka jelas kog, yang selama ini enak dan keenakan terhenti karena pemerintah bersikap tegas.

Koruptor dan bagian masa lalu yang korup. Ini jelas siapa mereka, tidak perlu dipertegas dengan inisial atau nama atau kelompok. Mafia aneka produk termasuk di sini. Pasti siapa saja.

Kelompok radikal dan ultrakanan, selama ini mereka nyaman, tlusap tlusup dan hampir sukses, eh malah terpenggal hanya karena bukan siapa-siapa yang mengambil kendali. Maunya gampang dan tinggal panen, malah menjadi kacau kembali. Siapa saja, tidak perlu diperjelas, memperpanjang dan mengulang saja.

Kelompok feodalistik. Ini biasa mendapatkan kemudahan, previlegi yang menguntungkan, suap menyuap sebagai cara dan satu-satunya menjadi lebih, kini mulai terkikis. Siapa tidak ngamuk, ketika makin banyak hal dibenahi, artinya makin susah bisa berbuat.

Yakin, apapun yang terjadi, jauh dari krisis. Potensi itu tetap ada, toh pemerintah pasti akan menang lagi, menghadapi perilaku ugal-ugalan ini. Pemerintah  itu  berpikir panjang dan menyeluruh, bukan hanya satu titik, apalagi pergantian pemimpin saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun