Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mencermati Keinginan Rocky Gerung

7 Juli 2020   16:55 Diperbarui: 7 Juli 2020   16:54 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Posisi Menkum HAM itu menteri, di bawah koordinasi menko, jelas pembantu presiden. Nalarnya di mana menjadi menteri kemudian membubarkan menteri atasan dan rekan menteri yang lama. Ngakunya profesor tetapi nalarnya kog seperti ini?

Apa yang disampaikan itu semata olok-olok. Mencari perhatian. Anak-anak yang mainannya minta ganti. Ia mengatakan apa saja asal didengar bapaknya untuk mendapatkan mainan seperti yang ia inginkan. Soal bapaknya mendengar atau tidak, ya beda sudut pandnag tentunya.

Ada yang meledek, ketika mau jadi menteri, banyaklah   menjelek-jelekan pemerintah. Tidak pas juga. Strategi kooptasi dalam kementrian hanya ada pada Rizal Ramli. Lainnya tidak demikian. Gerindra yang oposan keras pun tidak pernah demikian. Apalagi Eddy Prabowo, sama sekali tidak pernah terdengar.

Prabowo dalam masa kampanye ya tahu sendirilah namanya kampanye. Memang di KSP dan duta besar dugaan itu ada benarnya. Beberapa, bukan dominan. Benar mereka berteriak dengan sangat kencang dan menjadi pendiam. Toh masih juga banyak yang demikian tidak dibawa serta.

Demokrat, sekencang apapun susah masuk kabinet. Ada gap yang susah dijembatani di antara Mega dan SBY. Berbeda dengan Gerindra atau Golkar. Kalau modal nyinyiran kenceng mengapa bukan Fadli Zon. Atau Karni Ilyas.

Benar kooptasi itu strategi paling mudah dan murah dalam politik. Tapi tidak semua juga perlu dan layak dilakukan kooptasi. Dampak yang ditimbulkan dengan pribadi atau kelompok itu diam atau ribut merusak mana itu saja.

Masih banyak oposan lebih dari oposan, seperti Said Didu, Rizal Ramli, toh mereka juga tidak pernah dilirik masuk dalam jajaran apapun, baik kabinet, BUMN, atau sekelas duta besar. Pertimbangan masak presiden dan tim tentu lebih menyeluruh.

Politik itu tidak gampang. Hitung-hitungan bukan matematis, tetapi otak, kepala, dan kepribadian orang. Siapa yang bisa menerka dengan tepat dan mutlak mengenai orang. Itulah politik sebagai seni, bukan harga mati.

Apa yang disampaikan Rocky Gerung sih lucu-lucuan sebagai seorang anak negeri demokrasi. Bebas sebebas-bebasnya mengatakan apa saja. Mau jadi apa saja juga merdeka. Nah apakah presiden mau mendengarkannya? Itu soal lain. Toh tidak  banyak alasan yang bisa menguatkan Rocky Gerung bisa menjadi menteri.

Mau mengatakan caper, lha orang tua. Mau mengatakan serius, lha tidak ada dasar. Mosok mengigau, tidur pun tidak.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun