Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Luhut Ajarkan Oposan Bermartabat, Tidak Menista Agama, dan Elegan

3 Mei 2020   11:01 Diperbarui: 3 Mei 2020   10:54 1899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Faksi ideologis khusus. Karena HTI dibubarkan, tanpa ada penanganan hukum yang pasti dan jelas, mereka ini masuk ke mana-mana dan mengaku sebagai oposan. Jauh lebih susah karena mereka bisa menjadi apa saja dan ke mana saja. Jelas kog keberadaan mereka. Entah alasan apa demikian lamban menangani dan seolah membiarkan menebarkan virus yang begitu akut.

Bagian-bagian masa lalu yang mogol baik dalam bisnis, birokrasi, atau ideologis. Mereka yang sempat merajalela dan kemudian terputus aksesnya bisa bertingkah lebih mengerikan. Sama juga orang sedang mendapatka banyak keuntungan, tiba-tiba keadaan berubah. Orang panik bisa lebih berbahaya. Nah salah satunya menebarkan banyak masalah dengan berbagai cara.

Elit korup, ASN malas, dan para pecundang negara. Mereka ini demikian merajalela dengan proyek, kemalasan namun gaji dan tunjangan gede. Rakyat kebanyakan yang tidak pernah demikian sih suka cita, perilaku mereka dibungkam. Lha yang kena jerat meronta lah. Jangan kaget pilpres kemarin Jokowi susah payah memenangkan, padahal jelas seperti apa hasil yang disajikan dari periode pertama.

Tebaran racun, virus, dan fitnahana mereka-mereka ini begitu kuat. Pada sisi lain masih banyak orang malah membaca. Nah ditelan mentah-mentah dan banyak pengikutnya. Mereka yakin persepsi yang telah diulang-ulang itu.

Penanganan masih lagi-lagi sama, khilap, maaf tidak bermaksud demikian, dan atas nama agama, memaafkan, dan mengampuni. Apakah demikian? Jelas tidak.

Penistaan agama yang ada. Pengampunan benar baik, maaf juga baik, namun proses hukum juga hhaus, ketika itu berkali ulang. Menistakan agama, jika mengulangi perbuatan yang sama, tanpa sesal yang hanya di depan polisi saja. Orang model demikian bukan beragama, namun menggunakan agama sebagai kedok.

Mendadak alim dengan menyitir kata-kata suci, penampilan agamis semata pakaian dan kata. Munafik, karena kauflase atas kejahatannya. Lebih jahat dari yang tidak beragama sejatinya. Mereka paham agama, nyatanya pakaian atau sitiran ayat suci, tetapi dalam perilaku jauh dari agama yang ada.

Parah lagi ketika dikaitkan dengan agama tertentu, menuding agama lain sebagai pelaku penindasan. Ingat, sekali lagi ingat, ini bukan soal agama, pelaku beragama yang buruk. Lha ada Kner juga perilakunya demikian, apa-apa dikaitkan dengan agama yang diulas atau Kner yang mengulas, padahal sama sekali tidak berkaitan. Hanya saja kebetulan sama.

Agama jauh direndahkan namun malah seolah sedang menegakan agama. Miris, memalukan, malah apa bedanya dengan menjual diri daripada menjual agama? Lebih nista menjual agama demi sesuap nasi atau jabatan.

Kritik itu harus, bagus malah, namun ketika tanpa dasar, waton sulaya, apalagi ketika berkaitan dengan kepentingan sekelompok orang kemudian menisbikan kebenaran universal, apa iya benar kritik? Toh mereka itu sejatinya paham, hanya demi kepuasan sakit hati, atau keinginan mendapatkan panggung untuk mendapatkan kekuasaan ya begitulah.

Kasus ini bagus, ingat bicara Luhut ini bukan karena agama Luhut tetapi pilihan menyelesaikan kasusnya patut diapresiasi. Apakah yang tidak mengasuskan itu lebih buruk, belum tentu juga. Jadi tidak serta merta bisa dinilai baik atau buruk. Ada pertimbangan-pertimbangan lain. Baca dan lihat secara luas, bukan hanya kasus per kasus, dan dikaitkan dengan afiliasi  tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun