Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Memilih Luna Maya dan WFH daripada Mako Brimob

15 April 2020   07:43 Diperbarui: 15 April 2020   08:27 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok bukan antipolitik tentunya, toh apa yang ia katakan tetap bernuansa politis, namun tidak akan dengan mudah terjerembab pada kondisi yang remeh temeh. Akan berbeda jika Panji sedang berbicara soal sosial, bisnis, atau hal-hal yang lainnya. Lha mau bunuh diri apa jika Ahok mau diajak kolab soal  pilpres.

Kapasitas Ahok tidak usah diragukan, namun dia juga tahu dengan baik peta hidup berbangsa ini. Gubernur saja repot, apalagi menjadi RI-1. Soal tahu diri memang tidak mudah, dan ia salah satu orang yang bisa tahu diri. Ada yang merasa kapasitasnya lebih padahal yang di depan mata saja gagal, ya bukan tipikal Ahok.

Tema dan kepentingan yang ditawarkan lebih pas dan tepat waktu dari Luna Maya, dari pada Panji Pragiwaksono. Awal Februari memang pandemi belum begitu ngehits di sini, tapi pilpres siapa yang mau, kecuali orang yang ngebet dan menjadikan semua adalah panggung untuk pilpres.

Jauh jika mengatakan Panji mau menjebak Ahok dengan narasi pilpres 24, namun bahwa ke arah sana juga sangat mungkin terjadi. Namanya politik apapun bisa menjadi bahan. Dan pilihan Ahok jelas dan gamblang. Dukungan penuh untuk menolak pembicaraan politik praktis.

Tema sosial negara jauh lebih penting. Bagaimana ia harus di rumah di tengah keadaan pandemi yang demikian masif di dunia. Pilihan jawabannya juga bagus. Dari pada dikurung di Mako Brimob masih lumayan WFH.

Jadi ingat  curhatan teman-teman dengan kondisi ini. Memasuki pekan ketiga, atau siklus kedua 14 hari karantina mandiri, orang memang mulai jenuh. Rekan yang tua ataupun muda, apalagi yang terbiasa muter dalam aktivitas hariannya mulai satu demi satu mengeluh dan bereaksi yang jelas menunjukkan kejenuhan.

Ada teman yang memang bekerja dengan menyuplai kebutuhan rumah tangga, biasa jalan dan ke sana ke mari memperlihatkan kegalauan tingkat tinggi. Ada dua teman dengan pendekatan berbeda. Satunya crewet di grup perbincangan dulunya tukang rusuh menjadi pendiam, satunya yang awalnya pendiam jadi hiperaktif. Ini indikasi mereka bosan karena suntuk.

Teman-teman lain menyatakan yang sama, karena memang terbiasa aktif di luar. Mereka menjadi makin tidak berdaya, karena tahu saya memang jauh lebih banyak aktifitas di rumah. Pilihan yang dulu sering menjadi bahan ledekan. Kog bisa-bisanya tahan di rumah.

Nah mendengar kata-kata Ahok masih enakan di rumah atau WFH dari pada di Mako Brimob bisa menjadi pelipur lara. Meskipun di rumah banyak gangguan dan godaan sekalipun.

Memilih bersyukur itu tidak mudah. Ungkapan menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan itu mudah dalam kalimat atau pernyataan, namun dalam kenyataan perlu perjuangan dan usaha keras. Ahok mampu memberikan itu, dampak Mako Brimob memang ada.

Ceplas-ceplosnya masih dan itu penting, di tengah politikus banyak basa-basi demi suara, dia lantang apa adanya. Hal yang berbeda untuk hidup bernegara. Hiburan di tengah pandemi yang mendera.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun