Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anarkho dan Pilihan Sosial

14 April 2020   08:18 Diperbarui: 14 April 2020   08:39 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari ini sedang banyak pembicaraan kelompok anarkho. Jadilah nyari-nyari apa sih sindikat ini? Dan seperti apa latar belakang yang mengikutinya. Dari sana paling tidak paling mudah, murah, dan meriah adalah bantuan Tante Wiki, meskipun bukan referensi valid, sedikit banyak toh cukup membantu. Artikel bukan untuk karya ilmiah, sudah cukup sebagai tambahan pengetahuan.

Beberapa kali kelompok ini disebut polisi sebagai salah satu pelaku aksi. Dalam keadaan kisruh, mereka tampil. Tahun kemarin, mereka juga terlibat. Dan kini dalam keadaan krisis global mereka ternyata telah berupaya untuk terlibat, paling tidak ikut apa yang kepolisian nyatakan, dan masih cukup bisa diyakini kebenarannya.

Dalam pemaparan Wikipedia, ternyata kelompok ini memang memilih aksi. Aksi sebagai sebuah pilihan dalam menyikapi fenomena sosial. Jelas wajar dengan namanya. Mereka tidak akan mau bersusah payah dengan berpolitik atau menyiapkan perwakilan dalam dewan misalnya. Tindak langsung sebagai sebuah perilaku darah muda.

Perkembangan sejarahnya, para penganut paham ini pada awalnya berdasar pada Kitab Suci Kekristenan, dengan menerapkan ajaran ketika dikisahkan para murid perdana dan para rasul menjual semua harta miliknya dan digunakan untuk hidup bersama dan karya nyata mereka. Hal yang tentunya berkenaan dengan kontekstual bukan semata tekstual sebenarnya.

Ingat ini bukan bicara soal agama, soal sejarah lahirnya kelompok ini. Wajar saja rujukannya Kekristenan karena berasal dari Barat. Toh hal yang sejatinya banyak dilakukan kelompok agama dengan model pendanaan demikian. Cek saja model hidup beragama dan penyebaran agama demikian.  Mau namanya dakwah atau evangelisasi, ketika model modal bersama toh identik, bukan soal agama, cara menyebarkan paham agama.

Persoalan kelas sosial menjadi dasar aksi. Mereka menghendaki semua adalah sama. Cocok dengan ajaran komunisme. Di mana semua adalah setara. Tidak ada kepemilikan pribadi dan kekayaan adalah modal kesejahteraan bersama. Mereka jelas tidak akan setuju dengan kapitalisme, sehingga memiliki kecenderungan untuk menuduh pengusaha sebagai bagian yang perlu diperangi. Pemilihan mereka pada buruh dan kelas pekerja.

Logis ketika mereka memiliki kedekatan pada kalangan buruh dan kelas pekerja. Ini soal sejarah dan cara di mana mereka memperjuangkan kesejahteraan bersama. Upayanya sih bolehlah, namun apakah cara dan perilakunya cocok?

Ini era modern. Kekerasan apapun caranya memaksakan kehendak dengan rusuh sudah tidak lagi relevan. Mungkin politik dan partai politik tidak bisa dipercaya, toh masih banyak saluran kog. Konteks abad pertengahan, ketika agama, politik, dan keberadaan kelas menengah menjadikan sebuah kekuasaan sangat mutlak yang tidak bisa ditembus, perjuangan kelas bawah dengan dukungan kelompok ini masih  bisa diterima.

Pemaksaan kehendak. Lucu, ketika melihat pemerintah seolah sebagai musuh, padahal jelas-jelas apa yang perlu dihadapi itu bukan pemerintah. Ingat kontekstualisasi masalah juga penting. Apalagi anggotanya adalah mahasiswa dan siswa juga. Sikap kritis itu penting, bukan malah menjadi waton sulaya. Jauh lebih banyak masalah yang perlu disikapi, bukan dengan aksi anarkhi.

Maaf, cenderung malah menjadi minor ketika pandangan sebelah mata asal mau enak tanpa kerja dengan mengatasnamakan kelas sosial. Ketika mereka mengadakan aksi dan upaya kerusuhan dengan awalan vandalisme untuk menyasar orang kaya. Apalagi ketika ketahuan bahwa anggotanya ada yang  pengangguran.

Jangan menjadi dalih menganggur kemudian menjadi penjarah. Masih banyak opsi lain untuk bisa sekadar makan kog. Naif, ketika sikap iri dan dengki malah menjadi racun yang merusak diri dan masyarakat. Belum lagi kelompok bandit politik yang mau ikut serta dalam keadaan genting ini. Bisa-bisa mereka ikut dompleng dan mereka tetap aman.

Mungkin saja orang kaya yang jahat, tamak, rakus, dan tidak mau tahu keberadaan lingkungan. Toh masih juga banyak orang kaya, dan tahu berbagi dan mengerti kesulitan orang lain. Kekayaan mereka jelas dari mana jalan memperoleh. Berlebihan dan sangat miris ketika tudingan orang kaya pasti buruk. Belum tentu.

Toh orang miskin belagu juga tidak sedikit. Ada tetangga kisah nyata, janda, anak-anak jauh, anak tiri yang bergandengan dinding tidak mau tahu. Eh perhatian tetangga malah disalahgunakan. Ketika diberi makan malah diberikan kucing. Hak dia memang apa yang sudah diberikan, tetapi tetangga yang membelikan butuh uang juga memberikan itu.

Diberi sumbangan pemerintah pun dijual dan uang penjualannya dibelikan beras yang lebih enak. Bayangkan model demikian yang diperjuangkan? Tentu tidak sepatutnya.

Awalnya mereka bersama buruh, lha kini kadang buruh lebih galak dari pengusaha dan pemerintah. Serikat pekerja dan serikat buruh kadang lebih kejam dari pengusahanya. Jangan salah dan lupakan fakta ini.

Sulit melihat ini sebuah perjuangan sosial. Lebih cenderung aksi kelompok yang mengail di air keruh. Lha rusuh, menjarah, itu hanya menambah masalah. Ada pihak lain yang akan mendapatkan keuntungan. Mereka jangan harap memperoleh kedudukan. Mungkin dapat materi, kekayaan, atau materi. Toh hanya untuk berapa hari sih?

Pemerintah sangat mungkin salah. Toh bisa melakukan yang lebih benar dalam banyak cara kog. Aksi sosial positif lebih pas di era modern ini. Malah cenderung mengeluarkan energi negatif bagi semesta dengan kekerasan, penjarahan, dan kerusuhan. Mana perjuangan sosialnya? Tidak zamannya lagi.

Jangan kaget jika yang awalnya mengaku sebagai perjuangan sosial itu nantinya malah jadi tumbal politik kelompok tertentu. Mencerdaskan hidup berbangsa itu juga perjuangan kog. Jauh lebih bermanfaat dan berdaya guna serta lebih panjang dari sekadar urusan perut dan materi yang hanya sesaat.

Perjuangan itu banyak cara. Ketika mau memperbaiki keadaan dengan merusak itu apakah sudah pas? Sesederhana itu. Jangan mengatakan memperbaiki keadaan tapi juga merusak. Ada yang dirugikan kog membantu. Jika mau menjadikan lebih baik itu ya caranya juga benar.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun