Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kabinet Indonesia Maju, Menanti Langkah Cepat ala Koalisi dan Kabinet "Obesitas"

25 Oktober 2019   19:05 Diperbarui: 25 Oktober 2019   19:08 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menanti Langkah dan Gerak Cepat ala Koalisi dan Kabinet "Obesitas"

Kabinet Indonesia kerja benar-benar sudah final dengan melengkapi wakil menteri. Memang masih akan ada beberapa lembaga yang sangat mungkin untuk akomodasi beberapa pihak.  Presiden ketika pelantikan mengatakan akan kerja secepatnya. Seremonial dihilangkan karena fokus kerja dan mengejar target yang pasti.

Kali ini kabinet dan koalisi super gemuk. Hanya PKS dan Demokrat yang sepenuhnya di luar pemerintahan. PAN masih sedikit ada bau-bau. Artinya sangat minoritas posisi oposan di dalam menyatakan pernolakan suatu keputusan yang diperlukan kerja sama dewan dan pemerintah. Ini fakta.

Kabinet dengan penambahan banyak pos wakil menteri satu sisi cenderung terlihat gemuk dan bisa menjadi pertanyaan, ketika mau merampingkan eselon, namun kementrian demikian besar.Beberapa hal bisa dilihat lebih lagi;

Suka atau tidak ini adalah kabinet kompromistis. Susah melihat keberadaan parpol dan bahkan relawan sekalipun, tetap layak mendapatkan upah atas jerih payahnya. Ini sangat wajar dan normal. Persoalan bukan pada kabinet dan presiden namun pada parpol.  Ada yang urgent dan mendesak dan parpol masih bisa ditunda.

Menyangkut "oposan" pun digandeng, ini juga langkah besar dan berbeda. Mengapa? Karena kecenderungan oposan itu ada kolaboran yang sangat membahayakan negara. Alienasi fundamentalis dari kekuatan real parpol kuat dan besar bangsa ini, mengurangi potensi membesarnya gerakan fundamentalis yang seolah hampir menguasai negeri.

Demi kepentingan yang jauh lebih besar, demi NKRI tetap jaya, suka atau tidak, ini yang terbaik. Kabinet dan koalisi "obesitas" yang terjadi. Pilihan berat karena stabiltas keamanan dan stabilitas ekonomi perlu untuk mencapai target besar pemerintah.

Tentu mengecewakan kelompok idealis yang melihat kabinet ramping demi demokrasi modern dan efektif? Namun apa iya, ketika mengejar efektivitas kinerja dengan sedikit orang, namun riuh rendah seantero negeri, sepanjang perjalanan pemerintahan. Lihat lima tahun kemarin, seperti apa aroma, warna, dan perilaku kontrproduksi dipertontonkan Gerindra kolaborasi dengan PKS dan kelompok-kelompok yang  hendak menangguk keuntungan sendiri.

Semua parpol pastinya mau dan suka cita masuk dalam pemerintahan. Jelas bagaimana Demokrat pun ngarep, PKS pun sejatiya mau, hanya karena tidak ada yang mengajak saja. Efektifitas dalam menangani gaduh dan kisruh memang bisa terjadi. Toh tidak mesti yang gemuk dan "obesitas" tidak bisa lincah.

Gebrakan langsung terasa.  Ketika banyak menteri langsung memberikan pernyataan yang membuat orang terhenyak. Beberapa menteri itu adalah;

Mendagri yang mengatakan jangan main-main dengan anggaran. DKI Jakarta yang ugal-ugalan dengan anggaran langsung melakukan penyisiran anggaran belanja. Memang ini baru satu hari, masih akan banyak gebrakan lain yang akan membuat masalah bisa teratas. Masih potensi, sangat mungkin menjadi aktaul pada waktunya.

Menag, menteri yang aneh karena selama ini selalu ormas keagamaan, kini jenderal. Pernyatan soal dirinya bukan menteri agama Islam saja, namun semua agama adalah baru. Jelas Bhineka Tunggal Ika terjadi dan lagi-lagi perlu waktu melihat apakah hanya slogan dan lip service, itu jelas perlu kesempatan. Namun harapan baik terbentang.

Pernyataan bahwa pemuka agama yang menyatakan kebencian dan pemecah belah akan dipanggil, dibina, dan jika masih mengulangi akan ditindak. Hal yang selama lebih dari lima belas tahun seolah tidak ada yang mampu melibas, kali ini mendapatkan sparing partner sepadan. Biasanya pejabatnya takut dicap antiagama atau komunis bahkan.

Sinergi kabinet juga dinampakan ketika Menkopulhukam mengatakan, masjid-masjid di kantir pemerintah dan BUMN, serta swasta dibuat untuk mempersatukan, jangan malah dipakai untuk menebarkan kekacauan dan perpecahan. Ada sinergi, pernyataan yang senada, sevisi dengan apa yang presiden kehendaki. Fundamentalisme perlu ditangani dengan serius.

Kekhawatiran pada gemuknya postur kabinet mulai terkisis. Kehendak baik dari masing-masing pejabat, tidak menggunggulkan diri menjadi kesempatan lebih efektif. Bagaimana menko memiliki kewenangan lebih dengan bisa memveto keputusan menteri di dalam jajarannya. Bisa membantu mengurangi saling sandera.

Visi pemerintah itu ya visi presiden, menteri tidak memiliki visi sendiri, partai, atau kelompoknya. Lagi-lagi memberikan batasan agar si gemuk itu bisa leluasa dan gesit. Memang masih perlu bukti, namun bahwa di depan sudah ada arah yang cukup meyakinkan akan bisa bergerak dengan relatif lancar.

Ideal memang jika tidak sebesar itu. Apa yang  bisa dilakukan adalah dengan penyederhanaan parpol. Lihat saja bagaimana "ngambeg"-nya Nasdem, projo, dan kemudian Hanura. Jika parpol sedikit, postrur ideal akan bisa dilakukan.

Penyederhaan parpol salah satu upaya jelas tingginya PT, bukan lagi empat, namun 100 atau 15 % kursi atau suara nasional. Suka atau tidak, pasti lebih banyak yang akan tereliminasi. Asal tidak boleh lagi membangkitkan mayat hidup dengan berganti orang, nama, dan lambang saja. Taati dengan baik, bukan prosedural dan sok demokratis.

Audit, nah ini, bagaiman parpol dikelola, keuangan, bagaimana bisa keuangan bener, ketika ideologi saja tidak jelas. Coba jika ada audit yang baik, susah melihat parpol ada yang bisa lolos. Ini juga seleksi alam sebenarnya.

Kabinet ini secara postur memang membuat pesimis, namun pada sisi lain ada pula harapan yang sudah ada tanda-tanda akan baik. Dukungan akan menjadi penting, bukan malah pendapat dan narasi kontraproduksi, apa beda dengan yang lampau?

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun