Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Desakan KLB, Menguji Ketahanan Demokrat Usai SBY

14 Juni 2019   15:39 Diperbarui: 14 Juni 2019   15:44 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah tuntutan kubu Prabowo pada MK soal pemenang pemilu, salah satu parpol pendukungnya diterpa isu klasik mendesak KLB. Kongres yang semestinya 2020 mendatang, diminta paling lambat September 2019. Alasannya mengenai perolehan suara yang turun kisaran 3%.

Masalahnya, apakah ini semata karena pengurus partai semata alasan kemerosotan suaranya? Pengurus hanya salah satu faktor pemicu, jauh lebih berberan itu adalah elit mereka. Namun di balik itu semua, beberapa faktor layak dilihat mengapa Demokrat demikian turun, bersama dengan Hanura yang amat tragis.

Politik gamang dan dua kaki ala SBY membuat pemilih makin paham dan bosan

Jelas hal ini faktor utama yang perlu disadari. Jika merombak pengurus namun tabiat ini tidak diubah ya sama saja. Seolah ideologinya adalah gamang dan main dua kaki. Seolah menguntungkan dan banyak membantu, iya dalam jangka pendek dan singkat. Untuk kepentingan keberlanjutan susah untuk melihat prospek lebih lanjut. Masa depan suram karena politik yang pernah membesarkan SBY ini.

Yudhoyono sentris,

Ini persoalan yang sama akutnya dengan dua kaki. Ketika sosok SBY sedang menghadapi kemalangan, karena menunggui Ibu Any, seolah partai menjadi anak ayam kehilangan induk. Susah membuat keputusan strategis, cepat, dan akurat. AHY tetap tidak bisa menjadi pengganti SBY dalam waktu yang singkat. Ia masih demikian gamang dan sering ragu menapak sebagai Yudhoyono Jr. Sangat wajar, apalagi di dalam partai jelas AHY belum demikian mengakar.

Politik santun yang dirusak gaya ugal-ugalan ala koalisi 02

Faktor yang cukup kuat, di mana diwakili oleh sosok Andi Arief dan Rachland Nashiddik yang merusak ritme politik santun ala SBY di  pemilu-pemilu lampau. Reputasi santun SBY dihancurkan oleh paling tidak mereka berdua. Mereka cenderung mengikuti genderang 02 yang lebih nyaring dan sangat berpengaruh, sangat jauh berbeda dengan Demokrat dalam kendali penuh SBY masa lalu. Ini sangat besar dampaknya.

Mereka ugal-ugalan yang tidak berdampak positif, malah jelas membuat orang enggan untuk memilih mereka. Parahnya lagi, mereka seolah juga menghianati koalisi yang mereka usung sendiri. Ini jelas merusak banget ciri Demokrat yang digembar-gemborkan santun itu.

Kader potensial banyak yang tenggelam

Sayang kader potensial mereka banyak masuk bui, keluar, dan juga tersandera masa lalu. Ada Andi Malarangeng yang sudah usai dari penjara toh belum bisa bekerja dengan sekuat tenaga karena tersandera status mantan narapidana korupsi lagi. Ruhut yang piawai memainkan peran pun hengkang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun