Manipulatif, keberadaan teman yang manipulatif, tidak memberikan data dan fakta  yang benar membuatnya makin berat. Ia tahu dengan otaknya, paham itu salah, namun demi adanya teman, adanya kehangatan, meskipun semu akan disenangkan dengan kadang langkah berat karena tahu itu salah.
Apakah temannya tidak tahu? Mereka tahu namun demi kepuasan, demi mendapatkan keenakan, apapun dilakukan. Aspek memanfaatkan kesempatan memang sangat kuat jadinya.
Militansi dan reaktif. Posisi kesepian, terjepit, dan jelas sendirian membuat orang akan reaktif. Lihat ayam atau kucing yang terpojok akan melawan sekuat tenaga. Meskipun itu seolah bunuh diri. Dan itu yang  kita saksikan saat ini. Teman-temannya satu demi satu pergi, satu demi satu meninggalkan, ini bukan semata politis, namun juga fisik. Sangat berat.
Tekanan tampil sempurna, paling besar, paling benar, dan selalu sukses membuatnya sangat berat memikulnya itu sendirian. Â Kesepian itu bisa menjadi siksaan dan penderitaan yang paling berat. Apalagi di tengah keramaian. Ramai yang bukan miliknya, hanya ada di antara keramaian itu.
Reaksi yang ada sangat mungkin menjadi militan, reaktif, marah-marah, ada kondisi tidak diterima, tidak dimengerti, iri, cemburu, merasa tidak berdaya, pada sisi lain tuntutan teman dan rival demikian keras.
Kondisi yang tidak disadari makin menambah berat. Seperti kata-kata orang, seolah minum air laut yang membuat makin haus. Pencarian itu pada ranah semu, bukan yang hakiki, jadi yang ada itu sepi, makin sepi, dan akhirnya keluar dalam bentuk-bentuk destruktif.
Mengerti, memahami, dan pendekatan dari hati ke hati oleh pribadi yang ia segani bisa menjadi salah satu opsi, ketika teman-temannya si penuntut itu sudah bisa diatasi terlebih dahulu. Membawa ia keluar dari lingkungan yang memanfaatkannya dan menjadi dirinya sendiri. Yang melihat ia apa  adanya dengan kelebihan dan kekurangannya.
Terima kasih dan salam
Inspirasi:
Yang Terluka yang Menyembuhkan