Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memanfaatkan Kejawaan Jokowi

30 April 2019   19:13 Diperbarui: 30 April 2019   20:15 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hal patut dilihat. Benar bahwa Anies dan Feri ada dalam kubu yang sama, dan itu adalah berhadapan dengan Pak Jokowi pada pihak yang berbeda. Namun apakah sesederhana itu pemindahan ibukota hanya karena gubernurnya ada pada kubu yang berbeda.

Terlalu dangkal dan sederhana sebenarnya, pun Feri juga mengatakan itu hanya satu bagian kecil dari banyak komentarnya. Kajian ini bukan tiba-tiba usai pemilu ada keputusan itu. Jauh-jauh hari, bahkan era Bung Karno pun sudah dinyatakan. Persiapan Palangkaraya sudah ada bekas-bekasnya hingga hari ini. Artinya sudah puluhan tahun lalu.

Alasan presiden pun bukan semata karena Jakartanya saja, namun juga Jawa secara umum sudah terlalu sesak untuk menampung kisaran 57% penduduk Indonesia, padahal luasannya hanya sebagian kecil bangsa ini. ketersediaan lahan untuk papan, pangan, jalan, dan lain sebagainya makin sempit dan sesak.

Pemikiran soal ini jelas sudah mementahkan argumen karena gubernurnya Anies. Jika saja memang tidak mau Anies, sangat mudah bagi Jokowi sebagai presiden. Katakan saja  tidak cukup cakap, maka jadi menteri pun diganti, atau urusan anggaran keuangan di kementrian diungkapkan ke KPK, meskipun hanya dipanggil sebagai saksi sudah membuat mati langkah. Itu jelas bukan watak Jokowi.

Apa yang mereka perbuat ini jelas karena sakit hati, sangat wajar, namun kurang ajar, karena toh tidak hanya mereka yang diganti, masih banyak yang tetap respek dan tidak menyatakan keburukan atau membalikan fakta yang ada. Satu dua kali berseberangan sih masih normal, namun kalau setiap hal, wacana, gagasan, isu dibantah dan dicari-carikan dalih untuk menjelekkan jelas sudah kurang ajar.

Energi bangsa ini sangat terkuras hanya untuk pro dan kontra hanya pada hal yang kadang tidak fundamental. Mengapa harus demikian panas dan berpanjang lebar, hanya karena perbedaan politik. 

Padahal jelas namanya demokrasi, negara demokratis akan memiliki periodisasi kepemimpinan atau pemerintahan. Tidak akan sampai seumur hidup laiknya negara otoritarian. Paling lama juga sepuluh tahun, mengapa harus riuh rendah dan malah kontraproduksi.

Waktu, energi, pemikiran, jauh lebih bermanfaat dan bermartabat jika dipakai untuk berpikir positif, kalah itu kesempatan untuk menang di periode berikut. Sangat wajar dalam politik itu memang dan kalah. Lucu dan kekanakan banget jika tidak mau kalah dalam berpolitik dan berdemokrasi.

Terima kasih dan salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun