Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Drama Nol Dua, dari Saweran hingga Kartu Suara Tujuh Kontainer

4 Januari 2019   09:00 Diperbarui: 4 Januari 2019   09:39 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Naik jet pribadi dalam kegiatannya, namun masih juga minta saweran, di mana kemendesakan pemilih atau parpol untuk mengumpulkan sumbangan bagi mereka. Ingat  yang untung ini adalah pasangan capres  dan parpol khususnya hanya Gerindra saja.

Bagaimana bicara pengabidan ketika menyelesaikan masalah dan pembicaraan fokusnya soal uang, jadi berpikir, jangan-jangan mereka bicara ekonomi itu hanya sebentuk ungkapan bawah sadar bahwa mereka hanya mau mencari untung dari kekuasaan yang sedang mereka perebutkan, bukan perjuangkan lho ya. Jika berbicara pengabdian, tentu juga mengaitkan dengan proogram dan kesejahteraan bersama.

Tiba-tiba, seperti Pak Tarno plok-plok nomploklah merpati atau kelinci. Andi Arief menyatakan ada tujuh kontainer kartu suara yang sudah tercoblos atas nama salah satu paslon. Cukup menarik toh akhirnya akan sama dengan kisah jenderal kardus.

Sangat mungkin ini hanya lagi-lagi pepesan kosong dengan fakta, bahwa ungkapan melalui media sosial itu telah hilang. Media sosial yang sangat mungkin abal-abal, eh langsung hilang, ada dua penguat dugaan ini akan menguap juga seperti yang lalu-lalu.

Dikaitkan dengan China. Penyakit 2014 yang masih saja dibawa hingga sekarang. Bagaimana ini bisa menjadi pembelajaran bersama jika terus-terus tudingan jauh dari bukti apalagi fakta. Dan mirisnya banyak yang percaya karena model cuci otak dan pengubahan persepsi yang masih oleh orng-orang itu.

Apa yang diwacanakan itu sudah dirancang dan hanya untuk melahirkan isu baru demi menutupi kisruh di dalam yang makin susah ditutup-tutupi lagi. Satu kebohongan lahirlah kobohongan lain, dan jadi bungung mana yang benar. Ini mengerikan. Sakit kog ngajak-ajak.

Apa yang sebenarnya terjadi adalah;

Lemahnya komitmen di dalam koalisi. Di mana mereka memang disatukan oleh kepentingan yang saling bersinggungan. Mereka tidak memiliki titik temu dan kemudian ada sikap menang-menang. Cenderung sikap menang-kalah, di mana pihak lain adalah penyokong, di mana semua ditanggung demi kepentingan elit saja. Di sinilah titik runyam itu mulai merekah.

Kondisi demikian membuat keadaan susah untuk solid, sulit iya, di mana mereka seolah asyik sendiri dengan ide, gagasan, wacana, dan perilaku, kadang pun berbenturan dengan kepentingan di dalam kebersamaan mereka sendiri. Mereka bukannya lupa namun memang abai akan kebersamaan.

Sikap saling curiga yang mengintip di tikungan makin terasa dari hari ke hari. Kembali soal komitmen yang sangat lemah. Komitmen hanya kadang-kadang saja, sehingga lahirlah friksi dan konflik yang sejatinya sepele. Sikap saling curiga yang tidak terjembatani dengan baik, tidak terselesaikan dengan semestinya, akhirnya membuat suhu makin tinggi.

Konsentrasi mereka terpecah belah, membela blunder luar biasa pasangan usungan mereka, pileg yang juga tidak mudah, apalagi beberapa parpol telah hancur lebur reputasinya. Dana juga seret dengan pilihan sulit sekaligus pilpres. Realistis pendekatan parpol untuk cuek bebek pada pilpres, karena efek pemilih hanya pada Gerindra, mereka pupuk bawang yang sia-sia saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun