Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fahri Hamzah: Khawatir Setnov Jadi Presiden karena Terkenal

23 November 2017   12:25 Diperbarui: 23 November 2017   12:40 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah akan demikian terus bangsa ini?

Pendidikan jelas menjadi salah satu pilar penting dan utama untuk mengubah keadaan. Ketika anak peseta didik diajak menghargai proses bukan hasil seperti UN dan rangking di kelas, tentu pola pikir dan gaya hidup mengabaikan proses ini bisa dikikis habis.

Kesadaran bahwa politik uang dan demokrasi akal-akalan ini  perlu dihentikan. Hal ini tidak susah, hanya soal kehendak baik. Siapa yang memulai? Tentu bangsa ini bersama-sama untuk menciptakan kondisi politik bersih, minimal tidak jauh lebih banyak yang buruk namun kaya, bisa memegang tampuk pimpian baik legeslatif ataupun eksekutif. Salah satu yang termudah, jangan pilih dan jadikan lagi yang pernah tersandung kasus apapun, baik maling berdasi, susila, ataupun terorisme, dan narkoba. Jika ini sudah bisa dilakukan, harapan baik nampak menjadi nyata makin kuat.

Kehidupan beragama. Labell seperti ucapan, pakaian, dan kalimat suci yang tidak dibarengi dengan tindak nyata bukan kualitas pribadi. Tidak memilih orang yang berpakaian alim, kalimat suci menjadi hapalan dan lafalan dengan mudah, namun perilakunya jauh dari itu.  Jika ini sudah menjadi pertimbangan dalam pemilihan, tentu negara jauh lebih baik.

Pemimpin itu bukan yang tenar, seagama, sekelompok, atau sama dalam hal-hal lahiriah, namun yang memiliki pemikiran ke depan, menjunjung kebenaran dan kejujuran di atas segalanya. Pemilihan didasarkan atas capaian, prestasi, bukan karena uang, kesamaan label, dan sejenisnya.

Penegakan hukum  menjadi pertimbangan pula sehingga orang yang sudah menadapatkan pidana dengan adil bisa diyakini bahwa berubah dan bertindak baik tidak malah mengulangi lagi. Bagaimana hukum tidak memberi jaminan karena multi tafsir yang bisa seenak udelnya sendiri tercipta.

Mau berubah atau mau tetap kacau demi kepentingan segelintir orang tamak? Itu ada di tangan bangsa ini sendiri.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun