Ini mungkin juga bagian budaya di mana ada uang berko, itu lampu sepeda zaman kuno, di mana usai panen harga beli dibuat berbeda agar uang yang diberikan kepada istri tidak seluruhnya. Alasannya uang yang masuk ke kas istri susah diminta lagi. Istilah lain duit lanang. Kebiasaan yang terus terjadi dan dipelihara.
Menciptakan kesadaran sebagai sebuah bangsa memang tidak mudah dan risiko yang besar, apalagi lebih besar orang selama ini nyaman menerima subsidi. Mental kere lebih besar, sehingga tidak merasa bersalah ketika memiliki tanggung jawab tidak melakukannya.
Hal yang sama di tingkt akar rumput adalah tidak malu meskipun kaya untuk menerima BLT, raskin, dan sejenisnya. Yang lain dapat aku juga harus dapat. Â Eh di level elit ternyata ada yang sama.
Revolusi mental sangat mendesak dilakukan dengan kecepatan tinggi karena mental anak bangsa yang memprihatinkan begini. Semua level melakukan "penggelapan" dan meminta fasiitas dengan tidak tahu kepantasan. Apakah berlebihan, jika mobil mewah menggunakan BBM subsidi, mampu minta jamkesmas, raskin, BLT dan sejenisnya.Â
Aneh dan lucu jika penegak hukum dengan gagah berphoto di depan media seperti pahlawan menang perang, padahal ngemplang. Selain sukses jumlah penerimaan negara juga jadi tahu kualitas anak bangsa yang sedang melaksanakan penyelenggaraan negara.
SalamÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI