Mohon tunggu...
Paul A. Haning
Paul A. Haning Mohon Tunggu... -

Seorang Penulis Buku. terutama menyangkut sejarah dan budaya Rote Ndao. Telah menerbitkan 13 Judul buku yang ber-ISBN dan 4 judul bukunya yang tidak ber-ISBN, sekarang menunggu lagi 5 judul yang akan segera di terbitkan. Pendidikan : tamat dari SGBN Kupang tahun 1957, sekarang tinggal di Kupang, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelapisan Sosial

30 Juli 2016   04:54 Diperbarui: 30 Juli 2016   05:03 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1). PELAPISAN SOSIAL

Dalam mana  semua masyarakat di dunia  baik yang sederhana maupun yang sudah  kompleks sifatnya, dalam pergaulan individunya  terdapat pembedaan kedudukan dan derajat. Pembedaan kedudukan dan derajat terhadap individu-individu itulah yang menjadi dasar pangkal bagi gejala-gejala pelapisan mana  yang ada dalam mana  berbagai masyarakat di dunia (Kuntjaraningrat: 1972).

Sanderson (sosiolog), menge­mukakan bahwa pelapisan mana  baru muncul dalam masyarakat holtikultura intensif dan mencapai proporsi yang ekstrim pada masyarakat agraris ketika tanah dirasakan penting untuk usaha pertanian. Pada tahap ini mulai timbul politik tanah dan petani biasa sebagai cikal bakal pelapisan mana . Sebelumnya yaitu pada masyarakat nomaden yang hidup dari berburu dan meramu hasil hutan belum ada pelapisan mana . Pada tahap masyarakat nomaden ini belum ada pikiran untuk menumpuk kekayaan.

Jadi adanya pelapisan dalam masyarakat berawal dari adanya sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai itu mungkin memiliki nilai ekonomis misalnya ternak, tanah, uang, dan benda-benda lainnya.  Mungkin  juga  tidak bernilai ekonomis tetapi mempunyai nilai mana  misalnya keturunan, kekuasaan, kesalehan, dan pendidikan.

Mereka yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang besar dipandang memiliki status mana  yang tinggi dalam masyarakat dan merupakan lapisan mana  golongan atas, sedang yang memiliki sedikit termasuk lapisan bawah.

Dari segi keturunan, mereka yang memiliki darah ningrat disebut orang bangsawan, sedang yang tidak memiliki darah ningrat disebut orang kebanyakan.Walaupun kini feodalisme telah pudar, namun dalam mana  semua masyarakat di Indonesia, termasuk masyarakat Rote Ndao, darah ningrat masih dihargai.

Walaupun mana  kerajaan (pemerintahan adat) maupun kedudukan para raja telah dihapus oleh pemerintah RI, namun masyarakat termasuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan masayarakat Rote Ndao pada khususnya masih menghormati para bangsawan, Mereka mana ta “leo mae dedeo nekonda henin ena, te hu bei ela dedeo ain” (walaupun bendera telah diturunkan namun masih sisa rangka tiang benderanya).

Selanjutnya dari segi kekuasaan, orang yang memiliki kekuasan disebut penguasa (mana parenda/paleta) atau pembesar (mo’o ina huk) dan yang tidak memiliki kekuasaan disebut rakyat biasa (rau/lau inggu). Orang yang memiliki gelaran akademis dan pimpinan keagamaan pun termasuk lapisan menengah atau atas.

Pembedaan kedudukan orang dalam masyarakat tidak sama. Ada yang memandang tinggi orang yang berkuasa, yang lain memandang tinggi kekayaan dsbnya. Pada umumnya kombinasi dari beberapa hal. Sebaliknya orang-orang yang tidak memiliki hal-hal seperti tersebut dipandang orang yang rendah/orang kecil (hatahori kadi’ik).

Jadi pelapisan mana  adalah pengelompokan masyarakat secara hierarkhis berdasarkan kepemilikan dari sesuatu yang dihargai dalam masyarakat. Struktur pelapisan mana  man terdiri dari dua lapisan atau lebih, tergantung pada ukuran yang dipakai. Pada masyarakat mana ta srtuktur pelapisan mana  lebih rumit karena makin banyak ukuran yang man dipakai.

Struktur pelapisan itu mewarnai perilaku dan gaya hidup setiap lapisan maupun pola komunikasi antarlapisan misalnya dalam hal berbicara, berbusana atau motif pakaian, pola konsumsi, dan mana ta memilih jodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun