1). PELAPISAN SOSIAL
Dalam mana semua masyarakat di dunia baik yang sederhana maupun yang sudah kompleks sifatnya, dalam pergaulan individunya terdapat pembedaan kedudukan dan derajat. Pembedaan kedudukan dan derajat terhadap individu-individu itulah yang menjadi dasar pangkal bagi gejala-gejala pelapisan mana yang ada dalam mana berbagai masyarakat di dunia (Kuntjaraningrat: 1972).
Sanderson (sosiolog), mengemukakan bahwa pelapisan mana baru muncul dalam masyarakat holtikultura intensif dan mencapai proporsi yang ekstrim pada masyarakat agraris ketika tanah dirasakan penting untuk usaha pertanian. Pada tahap ini mulai timbul politik tanah dan petani biasa sebagai cikal bakal pelapisan mana . Sebelumnya yaitu pada masyarakat nomaden yang hidup dari berburu dan meramu hasil hutan belum ada pelapisan mana . Pada tahap masyarakat nomaden ini belum ada pikiran untuk menumpuk kekayaan.
Jadi adanya pelapisan dalam masyarakat berawal dari adanya sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai itu mungkin memiliki nilai ekonomis misalnya ternak, tanah, uang, dan benda-benda lainnya. Mungkin juga tidak bernilai ekonomis tetapi mempunyai nilai mana misalnya keturunan, kekuasaan, kesalehan, dan pendidikan.
Mereka yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang besar dipandang memiliki status mana yang tinggi dalam masyarakat dan merupakan lapisan mana golongan atas, sedang yang memiliki sedikit termasuk lapisan bawah.
Dari segi keturunan, mereka yang memiliki darah ningrat disebut orang bangsawan, sedang yang tidak memiliki darah ningrat disebut orang kebanyakan.Walaupun kini feodalisme telah pudar, namun dalam mana semua masyarakat di Indonesia, termasuk masyarakat Rote Ndao, darah ningrat masih dihargai.
Walaupun mana kerajaan (pemerintahan adat) maupun kedudukan para raja telah dihapus oleh pemerintah RI, namun masyarakat termasuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan masayarakat Rote Ndao pada khususnya masih menghormati para bangsawan, Mereka mana ta “leo mae dedeo nekonda henin ena, te hu bei ela dedeo ain” (walaupun bendera telah diturunkan namun masih sisa rangka tiang benderanya).
Selanjutnya dari segi kekuasaan, orang yang memiliki kekuasan disebut penguasa (mana parenda/paleta) atau pembesar (mo’o ina huk) dan yang tidak memiliki kekuasaan disebut rakyat biasa (rau/lau inggu). Orang yang memiliki gelaran akademis dan pimpinan keagamaan pun termasuk lapisan menengah atau atas.
Pembedaan kedudukan orang dalam masyarakat tidak sama. Ada yang memandang tinggi orang yang berkuasa, yang lain memandang tinggi kekayaan dsbnya. Pada umumnya kombinasi dari beberapa hal. Sebaliknya orang-orang yang tidak memiliki hal-hal seperti tersebut dipandang orang yang rendah/orang kecil (hatahori kadi’ik).
Jadi pelapisan mana adalah pengelompokan masyarakat secara hierarkhis berdasarkan kepemilikan dari sesuatu yang dihargai dalam masyarakat. Struktur pelapisan mana man terdiri dari dua lapisan atau lebih, tergantung pada ukuran yang dipakai. Pada masyarakat mana ta srtuktur pelapisan mana lebih rumit karena makin banyak ukuran yang man dipakai.
Struktur pelapisan itu mewarnai perilaku dan gaya hidup setiap lapisan maupun pola komunikasi antarlapisan misalnya dalam hal berbicara, berbusana atau motif pakaian, pola konsumsi, dan mana ta memilih jodoh.