Mohon tunggu...
Patung Polisi
Patung Polisi Mohon Tunggu... -

Lelah Jadi Patung, Hendak Bicara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menantang Alat Bukti KontraS dalam Dongeng Freddy Budiman

6 Agustus 2016   12:58 Diperbarui: 6 Agustus 2016   13:04 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sewaktu KontraS bela korban kekerasan, kita salut. Sewaktu KontraS sekuat tenaga mencari Wiji Thukul, kita salut. Sewaktu KontraS bela HAM, kita salut. Sewaktu KontraS mengawasi kekerasan Aceh, Papua, Timor Timur, walaupun semua tahu sumber dananya dari luar negeri, kita masih salut.

Tapi sewaktu KontraS tolak hukuman mati Freddy Budiman, kita tidak lagi salut. Sewaktu KontraS bela bandar atau penyelundup narkoba kelas kakap, kita tidak lagi salut. Sewaktu KontraS cari dukungan sana-sini untuk jadikan dongeng Freddy Budiman menyebar lebih dahulu ketimbang memastikan kebenarannya lebih dahulu, kita tidak lagi salut. Sewaktu KontraS kumandangkan dongeng miring terpidana mati narkoba kakap sebagai upaya gagalkan eksekusi Freddy Budiman, kita tidak lagi salut.

Sewaktu KontraS membiarkan dan menerima politisasi dongeng Freddy Budiman ketimbang mendahulukan proses hukum yang legal, kita tidak lagi salut. Sewaktu KontraS manfaatkan dongeng Freddy Budiman sebagai cara dapat panggung dengan koar-koar ketimbang membuka kasus hukum yang sah, kita tidak lagi salut.

Sewaktu penggorengan dongeng Freddy Budiman bisa menunda eksekusi 13 terpidana mati narkoba kakap, kita tidak lagi salut. Sewaktu kasak-kusuk KontraS dari dongeng Freddy Budiman menguntungkan posisi tawar 7 negara yang menolak eksekusi mati warganya, kita tidak lagi salut.

Hari ini kita mengerti, KontraS bukan sekedar bela Freddy Budiman. Hari ini kita mengerti, KontraS sekedar bela 7 negara yang bersama PBB menolak eksekusi mati warganya. Hari ini kita mengerti, KontraS dan Sekjen PBB Ban Ki Moon asal Korea Selatan sedang bela Freddy Budiman yang memasok dari Korea Selatan.

Sewaktu KontraS provokasi Istana dan Johan Budi pakai dongeng Freddy Budiman yang belum dituliskan pada 25 Juli 2016, kita bertanya-tanya. Sewaktu KontraS baru menuangkan dongeng dalam bentuk tulisan pada saat Freddy Budiman ditembak mati pada 29 Juli 2016, kita bertanya-tanya. Sewaktu dongeng Freddy Budiman dijadikan bentuk tulisan tanpa diketahui Freddy Budiman, kita bertanya-tanya.

Sewaktu LSM sekelas KontraS mendongengkan kisah uang suap besar tanpa verifikasi dan memulai langkah hukum lebih dahulu, kita bertanya-tanya. Sewaktu KontraS berkata sudah pegang daftar nama penerima suap tapi tidak melakukan langkah hukum, kita bertanya-tanya. Sewaktu KontraS seolah ‘sembunyikan’ daftar nama penerima suap dari asas transparansi publik, kita bertanya-tanya.

Apakah KontraS akan menjadikan daftar eksklusif nama penerima suap Freddy Budiman untuk sasaran palak seperti modus LSM pada umumnya?

Kita bertanya-tanya.

Apakah KontraS sadar benar dongeng Freddy Budiman tidak memiliki alat bukti pendukung sehingga langkah menyebar viral dan politisasi adalah langkah yang tersisa?

Kita bertanya-tanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun