Mohon tunggu...
Patta Hindi
Patta Hindi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Sulawesi Selatan, tapi tumbuh kembang di Kendari Sulawesi Tenggara I Mengajar di Universitas Swasta I fans klub Inter Milan I blog http://lumbungpadi.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ratu Boko, Setelahnya hanya kesepian...

3 Juni 2011   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:55 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_111795" align="aligncenter" width="600" caption="Dok. Pribadi"][/caption] Di atas bukit sepi, ada yang hadir dari ketinggian : Candi Ratu Boko. Tak jauh dari Prambanan, berjarak kurang lebih 3 km. Dari tempat tertinggi tersaji imaji dari situs peninggalan zaman dinasti Sailendra itu. Saat matahari belum tepat meninggi di atas kepala, saya dan sahabat kampus tiba di Ratu Boko. Ada ketakjuban memandang alam Jawa yang mendukung berdirinya candi itu. Ratu Boko menyepi diatas bukit tersudut diantara rimbunan pohon beringin dan hijau rerumputan. [caption id="attachment_111796" align="alignright" width="400" caption="Dok Pribadi"][/caption] Kita harus mendaki untuk menempuhnya, mendaki mencapai gerbang dan reruntuhan batu ditempuh sekitar 1 km. Tiap teras/gerbang dipisahkan dengan dinding ato candi. Dari cerita, beragam artefak ditemukan dari peninggalan Hindu dan Budha : Durga, Lingga, Yoni dan beberapa prasasti. Namun saya tak menemukan artefak-artefak hari itu. Mungkin saja dimuseumkan. Masih ada misteri yang terkubur hingga hari ini, tapi saya tak tahu misteri apa yang menyelimuti Ratu Boko hingga hari ini. serasa tak cukup menemukannya dari museum atau buku sejarah dan tuturan orang. Tak seperti candi lain, dengan relief dan stupa. Tak ada yang nampak bahwa candi itu menjadi tempat persembahyangan atau menampakkan sisi religius dan nuansa magis seperti Prambanan atau Borobudur. Sifatnya lebih pada tempat peristirahatan, atau benteng raja. Terbukti dengan adanya reruntuan gua laki-laki (male cave) dan gua perempuan (female cave). Nampak jua disekeliling, terhampar susunan batu menyerupai benteng, dan permandian tujuh warna bisa menjadi alasan itu.  selebinya hamparan batu-batu besar dibiarkan seperti adanya, tak tersusun rapi. Pasca gempa, kondisi candi mengalami pergeseran atau runtuh. Syahdan, seorang sahabat melukiskan candi seperti ini.

"...Candi bisa menjadi gambaran sebagai salah pusat (core) keruangan pada waktu silam, atau tepat lagi ke-sakral-an, namun tidak terlepas dari selera penguasa...namun selalu menempati ruang sosial yang ideal, dan sangat memperhatikan keseimbangan alam, coba lihat beberapa candi di jawa tengah yang berada seperti di puncak, pinggiran pantai...yang pasti ada sebuah keseimbangan dengan alam..."

Tak kenal maka tak sayang. Ratu Boko diartikan sebagai Raja Bangau yang dihubungkan dengan legenda Loro Jonggrang (prambanan). Ratu Boko adalah ayah dari Loro Jongrang. Candi yang menyepi di bukit di Kecamatan Bokohardjo, Yogyakarta itu menjadi perpaduan antara Hindu dan Buddha. Perpaduan warna alam nan harmonis. [caption id="attachment_111797" align="alignleft" width="400" caption="Candi kecil : Dok. Pribadi"][/caption] Masyarakat di sekitar candi telah bermukim ratusan tahun setelah candi itu ditemukan peneliti Belanda. Bentangan alam menjadi pesona dari candi itu, di bawah bukit terhampar luas sawah yang menghidupi penduduk. sedang disisi bukit, biasa dijadikan summer camp beberapa siswa lintas negara. Ada juga yang menghabiskan waktu untuk menemukan kedamaian. sejenak menyaksikan sunset di sisi candi. Di kesepiannya, Ratu Boko menghadirkan kesunyian. Justru dalam kesunyiannyalah ia menyimpan kedamaian diatas bukit itu. Dari alur ini, seperti inikah kisah seluruhnya ? saya tak tahu pasti. karena di dalam kesunyian terkadang menyimpan banyak misteri. Saya masih berharap menemukan cerita lama dari reruntuhan batu  itu... [caption id="attachment_111798" align="aligncenter" width="400" caption="Dok pribadi"][/caption] Jogja, 170511

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun