Mohon tunggu...
Patricia Angeline
Patricia Angeline Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Topik konten favorit saya adalah pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan dan Solusi Integrasi Bangsa

19 September 2023   09:38 Diperbarui: 19 September 2023   09:55 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, pembangunan negara ditandai dengan keberagaman sosial, budaya, etnis dan politik, yang salah satunya ditandai dengan dibaginya wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi, yaitu Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Kalimantan dan Sulawesi. Oleh karena itu, sejak berdirinya Indonesia, Indonesia telah mengalami keberagaman dan perbedaan kepentingan. Akibat buruk dari keberagaman tersebut adalah terjadinya disintegrasi atau perpecahan bangsa Indonesia setelah memperoleh kemerdekaan. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan konsep integrasi.

Apa konsep integrasi? Konsep integrasi mengacu pada upaya mempertemukan, menggabungkan atau mengkoordinasikan banyak unsur, kelompok atau elemen yang berbeda menjadi satu kesatuan yang lebih besar dan harmonis. Integrasi dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk konteks politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Melalui integrasi, berbagai komunitas di suatu negara dapat bekerja sama, mencapai tujuan bersama dan meminimalkan konflik atau ketegangan antar kelompok atau sektor yang berbeda.

Hakikat integrasi nasional adalah penyatuan suku-suku bangsa sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Makna integrasi nasional sangatlah beragam. Menurut KBBI, integrasi berarti berasimilasi menjadi satu kesatuan yang utuh. 

Namun, dalam perwujudannya, integrasi mengalami permasalahan yang menjadi penghambat. Contohnya adalah keberagaman suku dan budaya. Negara-negara dengan kelompok etnis dan budaya yang beragam seringkali menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan kelompok-kelompok tersebut. Perbedaan bahasa, adat istiadat dan agama dapat menimbulkan ketegangan dan konflik.

Selanjutnya, kesenjangan ekonomi dan sosial. Perbedaan ekonomi dan sosial yang signifikan antara kelompok-kelompok berbeda dalam masyarakat dapat menjadi hambatan besar bagi integrasi. Kelompok yang merasa diperlakukan tidak adil atau dikucilkan akan merasa terisolasi dan dapat berusaha memperjuangkan kepentingannya.


Selain itu, konflik ideologi dan politik. Integrasi dapat terhambat oleh konflik ideologi atau politik dalam masyarakat. Perbedaan pandangan politik atau ideologi seringkali menimbulkan ketegangan dan polarisasi, dimana masyarakat terbelah dalam menyikapi isu-isu politik.

Kemudian, ancaman eksternal, seperti intervensi asing atau konflik dengan negara tetangga, juga dapat mengganggu proses integrasi nasional. 

Ketika Indonesia merdeka, permasalahan terbesar dalam mencapai integrasi adalah pemberontakan dan gerakan separatis. Pasca kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia menghadapi sejumlah gerakan separatis yang muncul di berbagai daerah. Pemberontakan dan gerakan separatis ini merupakan akibat dari sejarah kolonial yang berbeda-beda di masing-masing daerah, sehingga menimbulkan ketegangan dan perpecahan antar masyarakat yang berbeda latar belakang budaya dan politik. Tantangan ini menjadi salah satu fokus utama pemerintah Indonesia dalam upaya membangun dan memelihara integrasi nasional. 

Beberapa contoh pemberontakan dan gerakan separatis di Indonesia adalah:

Pemberontakan PKI Madiun. Pemberontakan ini terjadi setelah jatuhnya pemerintahan Amir Syarifuddin pada tahun 1948 akibat kegagalan perundingan Renville. Amir Syarifuddin membentuk Front Demokratik Rakyat (FDR) untuk mulai menjabat. Pada 11 Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow dan bergabung dengan FDR. PKI menebar kekacauan khususnya di Surakarta.

Pemberontakan DI/TII. Berdasarkan perundingan Renville, angkatan bersenjata Indonesia harus mundur dari Jawa Barat yang dikuasai Belanda. TNI terpaksa mengungsi ke wilayah Jawa Tengah yang dikuasai Republik Indonesia. Tidak semua pihak dalam negeri  menghormati isi Perjanjian Renville yang dinilai sangat merugikan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah S.M. Kartosuwiryo dan para pendukungnya. Pada tanggal 7 Agustus 1949, Kartosuwiryo mengumumkan berdirinya Negara Islam Indonesia (IIN). Tentara dan pendukungnya dikenal dengan nama Tentara Islam Indonesia (TII). 

Pemberontakan PRRI. Pemberontakan ini dipicu oleh perselisihan hubungan antara pemerintah daerah dan pusat. Daerah frustrasi dengan pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam mengalokasikan modal pembangunan. Oleh karena itu, daerah-daerah seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Utara membentuk dewan daerah seperti Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Garuda, dan Dewan Mangun. Gerakan ini dikenal dengan nama Pemberontakan PRRI.

Mengingat pentingnya menjaga integrasi, Indonesia dapat melakukan berbagai upaya untuk dikedepannya untuk menghadapi ancaman disintegrasi.

Dalam bidang ideologi dan politik, penguatan ideologi Pancasila menjadi tujuan utama untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, konsep Bhinneka Tunggal Ika juga harus diperkuat untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Demokrasi politik, pemerintahan yang adil, supremasi hukum, reformasi kelembagaan politik dan peran aktif Indonesia di ranah internasional juga dibutuhkan.

Di bidang ekonomi, ancaman integrasi dapat diatasi dengan menerapkan sistem perekonomian yang demokratis dan berkeadilan bagi masyarakat. Hal ini termasuk mengoptimalkan sumber daya nasional, berfokus pada kesejahteraan masyarakat, dan pengembangan produksi nasional. 

Bidang sosial budaya memerlukan upaya peningkatan pemahaman agama dan budaya, memajukan nasionalisme, dan menyaring kebudayaan dengan nilai-nilai Pancasila. 

Di bidang pertahanan dan keamanan, Indonesia bisa menerapkan sistem pertahanan komprehensif yang menggunakan seluruh sumber daya nasional untuk melindungi kedaulatan, wilayah, dan keamanan negara.

Salah satu contoh nyata upaya Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi adalah upaya dalam menghadapi situasi kerusuhan di Papua yang telah menyebabkan kebakaran dan kerusakan ruang publik. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah  mengambil beberapa langkah:

Pembatasan penampilan untuk WNA. Pemerintah memutuskan untuk membatasi sementara masuknya orang asing ke Papua dan Papua Barat. Langkah ini diambil untuk menjaga keamanan nasional di tengah situasi kawasan yang masih tidak menentu.

Memblokir akses ke Internet. Akses internet diblokir sejak 21 Agustus 2019 untuk mencegah penyebaran informasi palsu yang dapat memperburuk keadaan. Pembukaan koneksi Internet akan dilaksanakan secara bertahap, terutama di daerah yang sudah mendukung. 

Menyediakan lebih banyak kendaraan keamanan. TNI (Tentara Nasional Indonesia) juga berupaya mencegah kerusuhan di Papua dengan mengirimkan tambahan sumber daya keamanan ke Papua Barat. Langkah tersebut bertujuan untuk menghadirkan rasa aman bagi masyarakat Papua.

Upaya tersebut sudah baik, namun untuk dikedepannya bisa ditingkatkan, dengan upaya pencegahan terjadinya pemberontakan, terutama pada peningkatan infrastruktur, perekonomian, pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Papua, serta menciptakan stabilitas dan mengurangi ketegangan. Melalui upaya tersebut, pemerintah dapat menunjukkan bahwa Papua dan masyarakatnya merupakan bagian penting dari Indonesia, bukan hanya karena kekayaan sumber daya alamnya.

Selain itu, untuk menghadapi ancaman disintegrasi, pemerintah, masyarakat, dan pelajar mampu berpatisipasi dengan melakukan masing-masing upaya:

Yang pertama, pemerintah. Pemerintah mampu mengembangkan sistem pendidikan yang menghormati dan mengedepankan keragaman budaya, agama, dan etnis sebagai bagian dari kurikulum sekolah. Hal ini membantu mengurangi stereotip dan prasangka. Selanjutnya, menjamin perlindungan hukum yang adil bagi seluruh warga negara tanpa memandang latar belakang mereka. Hal ini meningkatkan kepercayaan terhadap sistem peradilan. Kemudian, mengembangkan kebijakan yang inklusif dan berkeadilan sosial, memastikan  semua kelompok masyarakat merasa dihargai dan mempunyai hak yang sama.  Serta, memastikan media meliput isu-isu multikultural dan multietnis secara obyektif dan bertanggung jawab serta tidak menimbulkan konflik.

Yang kedua, masyarakat. Masyarakat mampu menghindari stereotip dan prasangka terhadap kelompok lain dan tingkatkan keterbukaan dan toleransi.  Selanjutnya, masyarakat dapat mengambil inisiatif untuk membangun hubungan yang kuat antara  kelompok agama, etnis, dan budaya yang berbeda.  Kemudian, masyarakat mampu berpartisipasi dalam proses politik dan demokrasi untuk memastikan bahwa suara semua kelompok didengar.

Yang ketiga, pelajar. Pelajar mampu memperkuat pendidikan multikultural dengan memahami dan menghormati budaya, agama, dan suku yang berbeda.  Kemudian, melaporkan penindasan atau diskriminasi di sekolah. Selain itu,  membentuk atau bergabung dengan klub atau kelompok yang mempromosikan kesadaran multikultural dan kerja sama lintas budaya. Selanjutnya, belajar mengkritik media dan memahami bagaimana media dapat mempengaruhi persepsi berbagai kelompok dan bepatisipasi dalam proyek atau kegiatan sosial yang mendorong kerja sama antar kelompok.

Maka, mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keragaman, kita sebagai masyarakat Indonesia harus ikut serta dalam menjaga integrasi, dengan menjaga satu keutuhan Indonesia, serta mencegah terwujudnya ancaman disintegrasi nasional, agar Indonesia semakin bersatu dan menjadi bangsa yang kuat dan maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun