Mohon tunggu...
Tomy Tamba
Tomy Tamba Mohon Tunggu... -

Ilmu Komunikasi FISIP USU\r\nPublic Relations - In Team Publisher

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Reza Pahlevi, Kenalkan Medan Melalui Bahasa Esperanto

13 Juni 2014   16:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:55 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reza Pahlevi presentasi dipertemuan Esperantis di Kota Tokyo 29/6

Bahasa negara mana? Bahasa Spanyol ya? Pertanyaan itulah yang pertama kali muncul Reza Pahlevi menuturkan bahasa Esperanto. Jangan tanya negara mana atau dikawasan mana bahasa ini digunakan, bahasa Esperanto adalah bahasa artifisial atau bahasa buatan. Nah, pencipta bahasa ini adalah seorang Polandia bernama Dr. Ludwig Lazarus Zamenhof (1851-1917), dokter asal Warsawa, Polandia, pada tahun 1887. Pada masa mudanya di Warsawa, Polandia, Zamenhof tinggal dilingkungan yang multietnis dan itu artinya banyak bahasa yang digunakan dilingkungannya. Akibatnya sering terjadi pertikaian antara etnis karena komunikasi yang kurang efektif. Akhirnya Zamenhof memutuskan untuk  menciptakan sebuah bahasa yang mudah dipelajari. Tujuannya untuk menghentikan pertikaian yang terjadi karena masalah bahasa dan membuat satu bahasa netral, bahasa yang tidak dimiliki oleh negara atau etnis tertentu tapi milik semua orang, untuk menjadi bahasa internasional pada nantinya.

Bahasa Esperanto ini dianggap jauh lebih mudah dipelajari daripada bahasa Inggris, tata bahasanya pun sangat mudah. Ada dua juta penutur bahasa esperanto di seluruh dunia dan terus berkembang. Bahkan bahasa ini dianggap bahasa gaul dunia dan diharapkan menjadi bahasa pemersatu dunia. Tertarik? Ternyata di Medan terdapat komunitas pengguna bahasa ini.

“Sudah dua tahun lebih komunitas ini berdiri, namanya Aurora Mofado, dua kali sebulan kita rutin berkumpul untuk belajar bersama. Aurora Mofado berdiri dibawah Indonezio Esperanto Asocio, perkumpulan pengguna bahasa Esperanto di Indonesia.”Kata Reza Pahlevi, mahasiswa Ilmu Komunikasi USU semester empat.

Pemuda yang punya hobi berbahasa ini mengaku belajar bahasa Esperanto dari teman dunia mayanya, dia dengan tekun mempelajari bahasa artifisial ciptaan Dr. LL Zamenhof ini sejak tahun 2010. Setelah merasa cukup mumupuni dalam bertutur bahasa Esperanto akhirnya Reza ikut aktif didalam organisasi Indonezio Esperanto Asocio (organisasi Esperantis Indonesia) yang pada akhirnya ia ditunjuk sebagai ketua divisi Edukasi dan mengetuai komunitas bahasa Esperanto diwilayah Medan, Aurora Mofado.

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Reza Pahlevi presentasi dipertemuan Esperantis di Kota Tokyo 29/6"][/caption] ”Bahasanya mudah dipelajari, mulai belajar itu dengan cara chatting via skype ataupun facebook, teman-teman yang ngajarin ada yang dari luar negeri ataupun orang Indonesia. Jadi selain belajar Esperanto bisa nambah teman juga,” katanya.

Reza Pahlevi pada 29 Mei 2014 lalu diundang dan dibiayai oleh komunitas bahasa Esperanto di Tokyo, Osaka, Kobe, Himeji, Kameoka dan Kyoto, Jepang untuk menghadiri kongres bahasa Esperanto sebagai pembicara. Tentunya ini bukan sekedar keberuntungan, perlu usaha yang besar danketekunan untuk punya kredibilitas yang mencukupi sebagai pembicara mewakili Indonezio Esperanto Asocio.

Sebagai pembicara tentunya Reza memerlukan topik presentasinya, budaya batak dan sedikit informasi mengenai kota Medan menjadi topik presentasi yang digunakan Reza pada kongres Bahasa Esperanto ini. Apa yang dilakukan Reza ini juga berguna untuk mengenalkan Indonesia khususnya Kota Medan kedunia Internasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun