Mohon tunggu...
Parlin Tua Sihaloho
Parlin Tua Sihaloho Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis, membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Politik

360 Hari Prabowo - Gibran

20 Oktober 2025   14:27 Diperbarui: 20 Oktober 2025   14:27 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Prabowo - Gibran & Kabinet merah putih (Sumber:rri.co.id) 

(Refleksi atas Satu Tahun Kepemimpinan Prabowo--Gibran)

"360 Hari Setelah Sumpah Di Senayan ".

Dulu, bangsa ini dibuat tersenyum oleh sosok "gemoy" yang menari di panggung, berbicara lembut, dan mengundang tawa publik. Kekuasaan dipoles agar tampak manusiawi lucu, ramah, bahkan menggemaskan. Tapi satu tahun setelahnya, senyum itu memudar. Dari balik gestur yang lembut, muncul wajah lama kekuasaan: keras, militeristik, dan penuh kendali.

Kini, Prabowo - Gibran bukan lagi simbol harapan, melainkan tanda tanya besar tentang arah republik ini. Politik yang dulu dijual dengan bahasa cinta kini berganti dengan logika ketakutan dan penuh misteri. Negara kembali mengandalkan otot, bukan otoritas moral. Kritik masyarakat dianggap ancaman,dinilai cukup dengan masuk akal dan tidak (oleh mereka yang belum tentuk memiliki akal) aksi mahasiswa dibalas dengan gas air mata, dan suara rakyat di jalan dibungkam oleh narasi stabilitas nasional.

Demo demi demo merebak di berbagai kota dari mahasiswa, buruh, hingga petani semua menuntut hal yang sama: agar pemerintah mendengar. Tapi alih-alih mendengar, kekuasaan merespons dengan represi. Beberapa korban jatuh, dan negara seolah kehilangan empatinya. Di bawah slogan "demi keamanan", kemanusiaan dikorbankan. Inilah paradoks kekuasaan hari ini: ia ingin dicintai, tapi justru menakutkan.

Kepemimpinan Prabowo mencerminkan bayangan masa lalu yang belum selesai. Watak militeristiknya tampak jelas dari gaya bicara, pengambilan keputusan, hingga cara ia mengatur menteri-menterinya. Kabinet menjadi ajang adu loyalitas, bukan ruang kerja untuk rakyat. Menteri-menteri diganti seperti pion di papan catur; reshuffle dilakukan bukan karena kebutuhan profesional, tapi karena ketidaktahuan arah. Banyak dari mereka tak becus bekerja, tapi pandai memuji.

Sementara itu, bayangan Jokowi masih tebal menutupi istana. Ia tidak lagi presiden, tapi tetap hadir sebagai "roh" yang mengatur narasi dan arah politik pemerintahan. Prabowo tampak besar di panggung, tapi kecil dalam kendali sejarah seperti aktor utama dalam drama yang naskahnya ditulis orang lain.

Gibran, yang dulu disebut simbol regenerasi, kini tampak seperti pelengkap cerita. Ia jarang berbicara tentang visi, lebih sering menjadi perpanjangan wacana lama. Dalam dirinya, publik melihat ironi: generasi muda yang naik terlalu cepat, tapi kehilangan makna perjuangan. Ia adalah metafora dari anak muda hari ini dijadikan simbol perubahan, tapi justru membenarkan status quo.

Di tengah semua ini, muncul tokoh-tokoh baru yang digambarkan seperti "superhero" politik: berpose gagah, penuh jargon, seolah mereka bisa menyelamatkan bangsa hanya dengan gaya bicara. Mereka hadir di televisi, media sosial, dan baliho besar menjanjikan masa depan, tapi tanpa konsep yang jelas. Politik kita berubah menjadi teater visual, di mana citra lebih penting dari substansi, dan tawa publik menjadi penutup bagi luka bangsa.

Satu tahun pemerintahan ini bukan tentang kemajuan, melainkan tentang kehilangan arah. Negara tampak sibuk (menaikan tunjangan pejabat dan menaikan Pajak Rakyat) tapi tidak bergerak; berisik, tapi tidak bijak. Kita punya kabinet gemuk, tapi visi yang kurus. Kita punya banyak slogan, tapi sedikit kebijakan yang menyentuh akar persoalan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun