Jika ditelisik lebih jauh, ada beberapa perbedaan mendasar antara nasi jeruk ala Jambi dan ala Malang.
Bahan utama - Di Jambi, nasi jeruk dibuat dengan bumbu rempah lengkap, termasuk kunyit, jahe, dan kapulaga. Di Malang, fokus utama pada daun jeruk purut dan santan yang memberi aroma segar dan rasa gurih.
Lauk pendamping - Jambi menghadirkan lauk yang lebih beragam : sapi, kambing, ikan sungai, hingga ayam. Malang masih terbatas pada ayam dan olahannya, meski ke depan ada rencana menambah menu ikan laut.
Fungsi sosial - Nasi jeruk Jambi sering menjadi makanan pesta atau acara adat. Sementara di Malang, nasi jeruk lebih menjadi makanan harian, cepat saji, dan ekonomis untuk mahasiswa.
Dengan demikian, meskipun sama-sama bernama nasi jeruk, kedua versi ini mencerminkan karakter masyarakatnya masing-masing. Jambi mempertahankan tradisi dan kekayaan rempah, sedangkan Malang menampilkan adaptasi praktis yang sesuai dengan kebutuhan kaum muda.
Warung Hana : Simbol Adaptasi Kuliner
Salah satu tempat populer untuk mencicipi nasi jeruk di Malang adalah Warung Hana, yang juga berlokasi di Merjosari. Warung ini menghadirkan suasana sederhana namun nyaman, dengan harga yang terjangkau. Menu andalannya tetap nasi jeruk dengan lauk ayam, tahu, tempe, sambal, dan lalapan segar.
Kombinasi rasa, suasana dan harga membuat Warung Hana cepat populer. Dari literasi kuliner, popularitas semacam ini biasanya lahir dari tiga faktor utama : Kualitas rasa yang konsisten dan bisa diterima berbagai kalangan; Suasana warung yang sederhana tapi nyaman untuk nongkrong atau makan cepat; Harga terjangkau, terutama bagi mahasiswa yang menjadi basis pelanggan utama di kawasan Merjosari.
Tidak heran jika pesanan nasi jeruk Hana banyak datang dari aplikasi daring, menjadikannya bagian dari gaya hidup kuliner modern Malang.