Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kemanusiaan Politik : Gaza, Sudan dan StandarGanda Dunia

25 Agustus 2025   17:40 Diperbarui: 25 Agustus 2025   17:40 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak dan KrisisKelaparan di Sudan. (Sumber : Mazin Alrasheed/Reuters via jpost.com).

Kemanusiaan Politik : Gaza, Sudan dan Standar Ganda Dunia

Dunia modern sering memandang dirinya sebagai puncak peradaban, di mana rasionalitas, sains, dan prinsip kemanusiaan universal menjadi fondasi moral bersama. Namun, realitas geopolitik membongkar kebohongan besar itu. Politik internasional bukanlah arena objektivitas, melainkan panggung besar penuh kepentingan, propaganda, dan standar ganda. Kasus Gaza adalah contoh paling jelas bagaimana penderitaan manusia dapat dipolitisasi, dimanipulasi, dan dikemas menjadi narasi global yang menguntungkan satu pihak sambil membutakan mata terhadap tragedi lain yang lebih besar.

Michael Ehrenstein, seorang pengacara asal Amerika, dalam tulisannya di Jerusalem Post (25 Agustus 2025), menyingkap sebuah kenyataan mencengangkan: laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC), lembaga afiliasi PBB, mengubah metodologi untuk menurunkan ambang batas kelaparan di Gaza. Alih-alih menggunakan indikator global standar - rasio berat badan terhadap tinggi badan - mereka mengganti ukuran menjadi lingkar lengan atas dan menurunkan ambang batas malnutrisi akut dari 30% menjadi 15%. Perubahan krusial ini tersembunyi di catatan kaki, tetapi media internasional menyambutnya dengan gegap gempita : "Israel bertanggungjawab atas kelaparan massal di Gaza."

Sementara itu, realitas tragis di Sudan yang melibatkan hampir 24 juta orang yang menghadapi krisis pangan, dengan jutaan di ambang kematian, nyaris tak terdengar. Tidak ada demonstrasi di ibu kota Eropa, tidak ada bintang Hollywood yang meneteskan air mata di depan kamera, tidak ada resolusi darurat berulang di PBB. Mengapa? Jawabannya sederhana namun getir : Sudan tidak memiliki nilai politis yang dapat dimanfaatkan untuk menyerang Israel.

Gaza sebagai Panggung Politik

Tidak ada yang menyangkal rakyat sipil di Gaza menderita. Perang, blokade, dan pemerintahan otoriter Hamas telah membawa penderitaan berkepanjangan. Namun, penderitaan ini tidak berdiri di ruang hampa. Hamas, organisasi yang secara ideologis berakar pada fundamentalisme Islam dan berafiliasi dengan Iran, telah menyempurnakan seni menggunakan penderitaan warganya sendiri sebagai senjata politik. Bantuan pangan diblokir atau dialihkan untuk kepentingan militer; data dimanipulasi untuk membangun citra krisis kemanusiaan yang luarbiasa; dan gambar-gambar memilukan anak-anak kurus atau bangunan hancur disebarkan secara global untuk menekan opini internasional.

Ironisnya, media Barat - yang seharusnya menjunjung prinsip verifikasi dan independensi - justru menjadi perpanjangan tangan narasi Hamas. Tajuk berita besar menyerukan "kelaparan di Gaza" tanpa menyinggung manipulasi data. Amnesty International bahkan menuduh Israel menjalankan "proyek kelaparan yang disengaja," seolah-olah satu-satunya penyebab penderitaan rakyat Gaza adalah negara Yahudi itu, tanpa menyebut bagaimana Hamas menimbun senjata, menyedot dana bantuan, dan menolak jalur distribusi kemanusiaan.

Gaza, dengan demikian, bukan sekadar wilayah konflik. Ia telah menjadi panggung ideologis global, tempat di mana Islamisme, Iranisme, dan anti-Zionisme bersatu untuk membangun narasi bahwa Israel adalah musuh umat manusia. Penderitaan rakyat Gaza menjadi "komoditas politik," bukan lagi tragedi kemanusiaan.

Sudan : Tragedi Tanpa Panggung

Bandingkan dengan Sudan. Menurut laporan IPC yang sama, lebih dari delapan juta warga Sudan berada dalam kondisi darurat pangan, dan puluhan ribu sudah meninggal akibat kelaparan. Angka-angka ini bukan hasil manipulasi, melainkan fakta keras yang tidak dapat dibantah. Namun, tragedi ini tidak masuk halaman depan media global. Tidak ada demo besar-besaran di London atau Paris untuk Sudan. Tidak ada bintang film yang memeluk anak-anak Sudan yang kurus kering di layar televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun