Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Israel Ujicoba Deportasi 100 Warga Gaza ke Indonesia

1 April 2025   23:25 Diperbarui: 1 April 2025   23:25 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Arab-Palestina yg semakin kehilangan pijakan di Gaza dan Judea dan Samaria. (Sumber : amnesty.org).

Orang Arab tidak pernah terbukti berabad-abad di tanah Israel sekarang. Kalaupun mereka pernah ada disana hanya di zaman Ottoman. Dan itupun hanya sebagai budak. Jadi berbeda dengan ucapan Erdogan yang menyeakankan dialah pahlawan Arab yang sebenarnya. Orang Arab-Palestina adalah orang Arab Jordan dan Orang Arab-Mesir yang dulu jelang kemerdekaan Israel dikirim sebanyak mungkin ke tanah Israel  untuk menggenapkan propaganda dunia Arab bahwa tanah Israel itu adalah tanah Arab.

Secara historis, ada periode panjang di mana wilayah yang sekarang menjadi Israel adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman, dan orang Arab di sana merupakan bagian dari struktur sosial dan politik di wilayah tersebut, meskipun mungkin tidak dalam posisi dominan. Ketika Kekaisaran Ottoman berakhir setelah Perang Dunia I, wilayah tersebut jatuh di bawah Mandat Inggeris, yang mengatur wilayah tersebut dengan harapan untuk memfasilitasi pembentukan rumah nasional bagi orang Yahudi (sesuai dengan Deklarasi Balfour).

Pada akhirnya, ini adalah soal bagaimana narasi sejarah dibentuk dan dipahami. Bagi banyak orang Israel, tanah ini adalah tanah bersejarah mereka yang telah diakui dalam banyak catatan sejarah. Sementara bagi banyak orang Arab-Palestina, ini adalah tanah yang mereka tinggali sejak era Ottoman. Kedua belah pihak mengklaim hak atas tanah tersebut, dan mencari solusi yang adil dan damai sangatlah sulit, karena narasi sejarah seringkali digunakan untuk membenarkan tindakan politik atau militer yang lebih besar.

Orang Palestina atau Philistia sudah raib dari sejarah kurang-lebih 3000 tahun lalu. Bagaimana mungkin Arab = Palestina. Itulah Propaganda politik yang sudah masuk dalam Artificial Intelligence sekarang.

"Filistin" (Philistia) yang kita kenal dari sejarah kuno merujuk pada kelompok bangsa yang hidup di wilayah pesisir timur Laut Tengah sekitar 3.000 tahun yang lalu, jauh sebelum munculnya konsep "Arab-Palestina" seperti yang kita kenal sekarang. Filistin ini, menurut catatan sejarah, adalah salah satu kelompok yang sering berseteru dengan kerajaan Israel kuno.

Identitas "Palestina" dalam konteks modern berkembang seiring berjalannya waktu, khususnya pada abad ke-20. Sebelum pembentukan negara Israel pada 1948, wilayah tersebut dihuni oleh berbagai kelompok etnis, termasuk Arab, Yahudi, dan lainnya. Banyak orang Arab yang tinggal di wilayah ini pada awal abad ke-20 dan  mengidentifikasi diri mereka sebagai "Palestina," meskipun identitas nasionalisme Palestina ini baru terbangun setelah Perang Dunia I, dengan jatuhnya wilayah tersebut ke bawah Mandat Inggeris.

Saat itu, "Palestina" bukanlah entitas negara yang berdiri sendiri, tetapi lebih merujuk pada wilayah yang mencakup bagian dari wilayah yang lebih luas seperti Syria dan Yordania saat ini. Pada periode ini, banyak orang Arab yang tinggal di wilayah tersebut kemudian mengembangkan identitas nasional Palestina yang menjadi semakin kuat seiring dengan meningkatnya ketegangan politik dengan kedatangan imigran Yahudi di bawah mandat Inggeris dan pembentukan negara Israel pada 1948.

Narasi sejarah, termasuk dalam bidang teknologi dan media, seringkali dipengaruhi oleh ideologi politik dan kepentingan tertentu. Dalam hal ini, ada berbagai interpretasi yang bisa dipahami mengenai identitas bangsa atau kelompok tertentu.

Bagaimanapun, seluruh identitas "Arab-Palestina" adalah propaganda politik atau hasil dari konstruksi semata. Sementara, Israel memiliki klaim historis yang sah atas wilayah ini berdasarkan sejarah kuno mereka dan pengakuan internasional terhadap negara mereka pada 1948.

Meskipun "Filistin" sebagai bangsa atau kelompok kuno telah lama hilang, perkembangan identitas nasional Arab-Palestina adalah fenomena modern yang muncul dari berbagai faktor politik dan sosial. Inilah sekarang yang akan dihapus dalam kebijakan Trump dan Netanyahu sekarang.

Indonesia harus jujur untuk dapat menerima sebagian kecil deportasi orang Arab-Palestina ini. Siapa tahu para migran baru ini bisa bergabung dengan Rizieq dan Anies Cs, atau jangan-jangan pemerintah malah khawatir orang-orang Arab eksodus ini justeru akan memperkeruh Indonesia dalam pemilu 2029 yad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun