Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,9% Pada 2025 Nggak Ngaruh

20 Maret 2025   19:20 Diperbarui: 20 Maret 2025   19:20 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ekonomi Indonesia 4,9% Pada 2025 Nggak Ngaruh

Fortune Indonesia edisi 18 Maret 2025 : Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9 persen di 2025. Sebelumnya, lembaga ini masih memproyeksikan ekonomi RI dapat tumbuh 5,2 persen. Dengan demikian, ada penurunan proyeksi sebesar 0,3 persen.

Hal itu terungkap dalam laporan terbaru OECD Economic Outlook, Interim Report March 2025 'Steering to Uncertainty'. OECD menyatakan, penurunan proyeksi itu terjadi lantaran disrupsi ekonomi di berbagai negara berkembang lainnya.

Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang G20 secara umum diproyeksikan juga melambat, tulis OECD.

Meski demikian, lembaga ini masih menaruh optimis terhadap ekonomi Indonesia yang diperkirakan tidak akan turun drastis. Hal itu didorong oleh pertumbuhan ekspor dan konsumsi masyarakat.

Di sisi lain, OECD juga memprediksi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih akan stabil dan tidak akan menaikkan bunga di tahun ini. Seperti diketahui, pada awal 2025 BI telah menurunkan bunga acuan 25 bps yang kini berada di level 5,75 persen.

Kondisi itu terjadi guna menahan laju inflasi. Di mana OECD memproyeksikan inflasi Indonesia akan berada di angka 1,8 persen pada 2025. Proyeksi itu masih lebih rendah 0,3 persen daripada proyeksi OECD pada Desember 2024 lalu.

Sementara itu, ekonomi global juga diprediksi akan melambat di level 3,1 persen di 2025 dan 3,0 persen di 2026. Proyeksi ini juga menurun bila dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya di 3,3 persen.

 Hambatan perdagangan yang tinggi di beberapa ekonomi G20, meningkatnya ketidakpastian geopolitik, dan kebijakan yang membebani investasi serta pengeluaran rumah tangga, tulis OECD.

Apakah angka-angka OECD di atas berpengaruh signifikan terhadap posisi Indonesia di tatanan Global. Ataukah angka itu hanya angka sambil lalu begitu saja tanpa arti apa-apa buat negeri ini.

Angka-angka proyeksi OECD perlu dicermati tentunya, tetapi signifikansi dampaknya terhadap posisi Indonesia di tatanan global tergantung dari perspektif yang digunakan.

Persepsi Investor dan kepercayaan pasar

OECD adalah lembaga ekonomi internasional yang cukup berpengaruh. Revisi proyeksi dari 5,2% ke 4,9% bisa mengurangi optimisme investor global terhadap ekonomi Indonesia. Jika dianggap sebagai tanda perlambatan ekonomi, ini dapat mempengaruhi arus investasi, terutama dari investor asing yang mempertimbangkan risiko sebelum menanamkan modal.

Dampak terhadap kebijakan pemerintah

Meskipun selisihnya hanya 0,3%, pemerintah Indonesia bisa menjadikannya bahan evaluasi. Jika pertumbuhan ekonomi benar-benar lebih rendah dari target, pemerintah mungkin akan lebih agresif dalam mendorong kebijakan stimulus, insentif pajak, atau proyek infrastruktur untuk menjaga momentum pertumbuhan.

Stabilitas makroekonomi

Dengan inflasi yang diprediksi hanya 1,8% dan suku bunga acuan tetap di 5,75%, Indonesia masih berada dalam zona aman. Ini menunjukkan ekonomi tidak mengalami tekanan berat dari faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga global atau gejolak perdagangan internasional.

Posisi di tatanan global

Jika dibandingkan dengan ekonomi global yang juga melambat ke 3,1% di 2025 dan 3,0% di 2026, pertumbuhan Indonesia di 4,9% masih lebih baik dari rata-rata dunia. Namun, jika negara-negara Asia Tenggara lain seperti Vietnam atau Filipina memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi, maka daya saing Indonesia dalam menarik investasi bisa sedikit berkurang.

Selisih 0,3% tidak selalu menentukan

Perubahan dari 5,2% ke 4,9% bukanlah sesuatu yang drastis. Sepanjang fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat (stabilitas fiskal, moneter, dan sosial), revisi ini tidak akan membawa perubahan besar dalam keseharian masyarakat atau kebijakan utama pemerintah.

Faktor lain yang lebih dominan

Indonesia tetap memiliki daya tarik ekonomi yang besar karena faktor lain seperti bonus demografi, potensi hilirisasi sumberdaya alam, dan digitalisasi ekonomi. Faktor-faktor ini bisa lebih berpengaruh dibanding sekadar revisi angka OECD.

Revisi proyeksi OECD memang memberikan sinyal perlambatan ekonomi, tetapi dampaknya terhadap posisi Indonesia di tatanan global tidak terlalu signifikan. Yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah dan pelaku ekonomi merespons tantangan ini dengan kebijakan dan strategi yang tepat.

Pemerintah sepertinya sudah mengantisipasi itu dengan meluncurkan Danantara misalnya, sehingga kita tak terlalu bergantung pada pinjaman asing. Juga belum lama ini Presiden Prabowo telah menyatakan pemerintah dalam tempo dekat ini akan meluncurkan kuranglebih 30 proyek strategis nasional.

Langkah pemerintah meluncurkan Danantara dan sekitar 30 proyek strategis nasional (PSN) dalam waktu dekat adalah strategi yang cukup solid untuk menghadapi potensi perlambatan ekonomi yang diproyeksikan OECD.

Danantara : alternatif pendanaan yang lebih mandiri

Danantara, sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana abadi Indonesia, bertujuan mengurangi ketergantungan pada pinjaman asing dengan menarik investasi dari sumber-sumber non-tradisional, seperti dana pensiun global dan sovereign wealth fund dari negara lain.

Mengurangi risiko utang asing

Dengan Danantara, proyek-proyek pembangunan bisa mendapatkan pendanaan jangka panjang tanpa harus menambah beban utang luar negeri yang sering kali disertai dengan syarat politik atau ekonomi tertentu.

Meningkatkan kepercayaan investor domestik dan asing

Dengan mekanisme pengelolaan yang transparan dan profesional, Danantara bisa meningkatkan daya tarik investasi Indonesia. Jika berhasil, ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi lebih dari yang diperkirakan OECD.

30 proyek strategis nasional : stimulus bagi pertumbuhan ekonomi

PSN baru yang akan diluncurkan oleh Presiden Prabowo bisa menjadi stimulus ekonomi yang dibutuhkan untuk menjaga momentum pertumbuhan.

Dampak jangka pendek : lapangan kerja dan investasi

Pembangunan infrastruktur dan proyek strategis akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, mendorong konsumsi domestik, dan menarik investasi sektor swasta. Ini akan membantu mengkompensasi efek perlambatan ekonomi global.

Dampak jangka Panjang : transformasi ekonomi

Jika proyek-proyek ini mencakup sektor seperti hilirisasi sumberdaya alam, industri manufaktur, dan energi terbarukan, maka Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor bahan mentah tetapi juga meningkatkan nilai tambah ekonomi domestik.

Potensi tantangan yang harus diwaspadai

Meskipun langkah ini strategis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Efektivitas dan tata kelola

Pelaksanaan proyek harus transparan dan bebas dari birokrasi yang menghambat. Jika proyek hanya menjadi wacana tanpa realisasi konkret atau dikuasai oleh segelintir pihak, dampaknya akan minim.

Sumber pendanaan dan keberlanjutan

Apakah proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh Danantara, atau ada skema investasi lain seperti KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha)? Ini harus diperjelas agar tidak membebani APBN.

Stabilitas geopolitik dan ekonomi global

Dengan ketidakpastian geopolitik dan risiko perlambatan ekonomi global, perlu strategi mitigasi agar proyek-proyek ini tetap berjalan meskipun terjadi krisis eksternal.

Langkah ini adalah strategi yang tepat dan berani untuk menghadapi potensi perlambatan ekonomi. Dengan mengandalkan sumber pendanaan sendiri (Danantara) dan mempercepat PSN, Indonesia bisa menjaga pertumbuhan ekonomi tanpa terlalu bergantung pada pinjaman asing. Namun, keberhasilannya sangat tergantung pada implementasi yang efektif, transparansi, dan perencanaan jangka panjang.

 

Jika langkah ini berhasil, justru Indonesia bisa tumbuh di atas proyeksi OECD dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan ekonomi regional.

Lihat :

https://www.fortuneidn.com/finance/oecd-kembali-pangkas-proyeksi-pertumbuhan-ekonomi-ri-jadi-4-9-00-ccw2k-grnq1y?utm_source=whatsapp&utm_medium=wachannel&utm_campaign=broadcast

Joyogrand, Malang, Thu', March 20, 2025.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun