Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kebijakan Dual Track - Toba dan Kalimantan dalam Pengembangan Biofuel

26 Februari 2025   18:39 Diperbarui: 26 Februari 2025   18:39 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyadap Aren untuk Tuak di Toba. (Sumber : medan.tribunnews.com).

Kebijakan Dual Track -- Toba dan Kalimantan dalam Pengembangan  Biofuel

Siapa sangka adik Presiden Prabowo, yaitu Hashim Djojohadikusumo ternyata orang yang sudah lama peduli terhadap penghutanan kembali hutan-hutan gundul di Indonesia, khususnya Kalimantan. Ia malah telah lama berkolaborasi dengan pakar konservasi Wilhelmus Theodorus Maria Smits. Smits bukanlah orang baru di kancah konservasi Indonesia. Ketertarikannya pada Aren sudah dimulai sejak 1980-an saat ia menetap di Tomohon. Dan bertahun-tahun kemudian dekat dengan orang istana.

PT ITCI merupakan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kalimantan Timur dengan luas konsesi 173.000 ha. Perusahaan ini dimiliki oleh Hashim Djojohadikusumo melalui Grup Arsari. PT Arsari Enviro Industri menggenggam 95% saham di PT ITCI Kartika Utama. Hashim sendiri menjabat sebagai Komisaris Utama di perusahaan tersebut. Selain berbisnis kayu, ITCI Kartika Utama juga disebut mengembangkan budidaya pohon aren.

Yang menarik ada perintah dari Presiden Prabowo agar Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mendekati para pengembang aren di Kalimantan dan mencoba untuk mengembangkannya menjadi bahan baku bioethanol.

Ini tidak terlalu mengejutkan karena dalam kampanyenya di  Toba Sumatera utara jauh sebelumnya, ketika berkontestasi dengan Esbeye dalam Pilpres Ia telah mewanti-wanti akan mengembangkan bioethanol di Sumatera utara khususnya lingkar Toba seperti Tapanuli utara, Dairi, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Simalungun dst. Karena daerah ini sejak lama memang dikenal dengan Perkebunan Arennya, tapi utamanya tentu untuk dibuat Tuak atau Bir tradisional warga lokal.

Masalahnya mengapa gagasan lamanya itu tidak diwujudkan di lingkar Toba saja, ketimbang di Kalimantan yang baru dalam tahap perintisan dan itu pun dalam rangka konservasi hutan-hutan Kalmantan. Mengapa tidak kembali ke Toba saja, agar masyarakat petani Aren disana tak hanya bisa membuat Tuak tapi juga Bioethanol.

Menganalisis hal ini dalam koteks dinamika sekarang menuju Indonesia Emas 2045 adalah penting. Analisis dari berbagai sudut, mulai dari aspek politik, ekonomi, strategi energi nasional, hingga kepentingan bisnis dan konservasi lingkungan sangatlah diperlukan disini.

Beberapa poin utama

Mengapa proyek bioethanol dari aren lebih didorong di Kalimantan ketimbang di Toba, meskipun Prabowo pernah mengusulkan hal tersebut di Sumatera Utara.

Faktor politik dan koneksi bisnis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun