Jika Rusia benar-benar ingin menguji respons NATO, kemungkinan besar negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, Lithuania) atau Polandia bisa menjadi target tekanan. Ini bisa berbentuk serangan hibrida, provokasi militer, atau bahkan invasi terbatas.
Retorika ini bisa menjadi bagian dari strategi mobilisasi Eropa untuk meningkatkan kesiapan militer tanpa ada ancaman langsung dalam jangka pendek.
Namun, perkembangan terbaru seperti Rusia meningkatkan produksi senjata dan memperkuat pasukan di perbatasan menunjukkan bahwa UE tidak bisa mengabaikan skenario terburuk.
Tantangan Internal UE dalam pertahanan
Meskipun ada konsensus Eropa perlu lebih mandiri dalam pertahanan, ada beberapa tantangan internal yang harus diatasi.
Perbedaan kepentingan antar negara anggota. Jerman dan Perancis ingin memimpin inisiatif pertahanan UE, tetapi negara-negara Eropa Timur lebih percaya pada NATO dan AS.
Banyak negara UE masih belum mencapai target NATO untuk pengeluaran pertahanan sebesar 2% dari PDB.
UE masih belum memiliki kebijakan pertahanan yang terintegrasi penuh, dengan masing-masing negara memiliki sistem senjata dan strategi militer yang berbeda
Implikasi Global : UE, NATO, dan peran Cina
Apakah NATO akan tetap menjadi tulang punggung pertahanan Eropa, atau UE akan mulai membangun sistem keamanan mandiri? Jika AS menarik diri sebagian dari NATO, UE bisa terdorong untuk mengembangkan kebijakan keamanan independen, tetapi ini butuh waktu dan investasi besar.
Jika UE benar-benar meningkatkan pertahanannya, Moskow bisa merespons dengan peningkatan agresi atau justeru mencari cara untuk memecah belah UE melalui politik energi dan pengaruh lainnya.